Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Sebuah Drama di Stadion Anfield

23 Desember 2021   10:21 Diperbarui: 23 Desember 2021   10:33 210 3
Dalam satu pertandingan sepak bola, kadang terjadi naik-turun performa yang tak terduga. Ada yang tampil bagus di babak pertama, tapi menurun drastis di babak kedua, ada juga yang sebaliknya. Situasi ini biasanya membuat pertandingan berlangsung dramatis.

Teraktual, momen itu terjadi di Stadion Anfield, saat Liverpool menjamu Leicester City, di babak perempatfinal Piala Liga Inggris, alias Carabao Cup, Kamis (23/12, dinihari WIB).

Meski berstatus sebagai tuan rumah, Liverpool tampil dengan sejumlah pemain cadangan, mulai dari Caomihin Kelleher di bawah mistar sampai Neco Williams di posisi penyerang sayap kanan.

Dari starting eleven yang tampil di pertandingan sebelumnya, hanya Tyler Morton yang kembali tampil. Selebihnya, hanya Jordan Henderson, Alex Oxlade-chamberlain, Kostas Tsimikas, dan Roberto Firmino saja yang merupakan pemain senior langganan starter atau pengganti, disamping Takumi Minamino, yang musim ini memang jadi langganan starter di Piala Liga.

Komposisi ini jelas berbeda dengan Leicester City, yang tampil dengan kekuatan penuh. Ada Kasper Schmeichel di bawah mistar, Caglar Soyuncu di belakang, James Maddison dan Youri Tielemans di lini tengah, dengan Jamie Vardy sebagai ujung tombak.

Terkesan jomplang. Sepertinya Leicester akan menang mudah.

Awalnya, pandangan itu tampak benar adanya. Si Rubah bahkan mampu tampil ciamik, dengan sepasang gol Jamie Vardy dan tendangan roket James Maddison hanya mampu dibalas sekali oleh Alex Oxlade-Chamberlain. Vardy bahkan hampir mencetak hattrick, andai tendangannya tak membentur tiang gawang.

Skor 3-1 saat jeda sudah cukup menjelaskan, seberapa bagus performa tim asuhan Brendan Rodgers di babak pertama.

Situasi ini lalu direspon oleh Juergen Klopp, dengan memasukkan Ibrahima Konate, James Milner, Diogo Jota, dan Naby Keita. Hasilnya, gantian Liverpool yang menekan The Fox di babak kedua.

Entah apa yang dikatakan Klopp di ruang ganti, tapi yang pasti, The Reds seolah berganti peran dengan tamunya.
Meski masih sesekali menyerang balik, pertahanan Leicester City pelan-pelan mulai goyah, akibat diserang secara bertubi-tubi oleh Roberto Firmino dkk.

Hasilnya, The Kop mampu memperkecil skor menjadi 2-3, lewat gol Diogo Jota di menit ke 68, memanfaatkan umpan Takumi Minamino. Setelahnya, Jamie Vardy dkk lebih banyak bertahan, sambil men-delay tempo permainan.

Strategi ini tampaknya akan berhasil, sebelum petaka datang di menit akhir masa injury time. Berawal dari sebuah pelanggaran di daerah pertahanan Leicester, James Milner melepas umpan jitu, yang mampu diselesaikan dengan baik oleh Takumi Minamino.

Skor pun menjadi imbang 3-3, dan harus dilanjutkan ke babak adu penalti. Di sini, para pemain tim tamu masih terlihat kaget, karena kebobolan di menit akhir. Sebaliknya, para pemain Liverpool terlihat lebih percaya diri.

Terbukti, dari enam eksekutor penalti yang maju, hanya Minamino yang gagal mencetak gol, karena tendangan penaltinya membentur mistar gawang.

Sementara itu, Caomihin Kelleher panen pujian, karena sukses menggagalkan eksekusi penalti Luke Thomas dan Ryan Bertrand. Liverpool pun menang 5-4 di babak tos-tosan.

Performa ini melanjutkan catatan bagus deputi Alisson soal tendangan penalti.
Sebelumnya, kiper asal Republik Irlandia ini juga sukses menepis tendangan penalti, saat Si Merah menang 3-0 atas Norwich City di babak 32 besar.

Hasil ini memastikan tim asuhan Juergen Klopp lolos ke babak semifinal, dan akan bertemu Arsenal, yang sehari sebelumnya mengalahkan Sunderland 5-1.

Secara umum, pertandingan ini seperti roller coaster, karena Leicester City mampu memanfaatkan situasi dengan baik, khususnya di babak pertama.

Tapi, saat Liverpool mampu memperbaiki performa di babak kedua, mereka sekali lagi menunjukkan mental bertanding istimewa, dan mampu meraih kemenangan, sekalipun tidak tampil dengan kekuatan penuh.

Inilah satu peningkatan lain di Liverpool musim ini, khususnya setelah tertempa dengan berbagai kesulitan sepanjang musim lalu. Jika mental setangguh ini minimal mampu dipertahankan, meraih setidaknya satu trofi juara seharusnya bisa dicapai, karena mereka punya mental yang tangguh.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun