Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Bulan Madu Sudah Selesai, Xavi!

9 Desember 2021   20:22 Diperbarui: 12 Desember 2021   13:58 232 5
Saat Barcelona mengumumkan nama Xavi Hernandez sebagai pelatih baru klub bulan lalu, ada romansa yang mengemuka. Mulai dari berlanjutnya estafet filosofi tiki-taka, sampai yang paling ekstrem, harapan pada Xavi untuk bisa meniru jejak cemerlang Pep Guardiola di Nou Camp.

Penyebabnya, Xavi adalah legenda klub, seperti halnya Pep, dan merupakan murid langsung pelatih Manchester City itu. Strategi tiki-taka nya pun terlihat cukup manjur saat melatih Al Sadd di Qatar.

Tak heran, kebanyakan Barcelonistas punya optimisme, Xavi bisa seperti Pep dulu. Optimisme itu sempat mewujud, saat Barca sukses mencatat dua kemenangan di La Liga, dan satu hasil imbang lawan Benfica di Liga Champions.

Dalam tiga laga itu, semua terlihat cukup meyakinkan, karena tim hanya kebobolan sekali. Satu lagi, Blaugrana kedatangan kembali sosok Dani Alves, pemain sarat pengalaman asal Brasil yang juga legenda Barca.

Masalahnya, pekerjaan Pep Guardiola dulu terlihat lebih mudah, karena legenda Barcelona itu mewarisi tim kuat warisan Frank Rijkaard yang pondasinya sudah sangat kuat. Di bursa transfer, Pep leluasa berbelanja, karena kondisi keuangan klub sehat.

Ditambah lagi, akademi La Masia sedang menghasilkan talenta sekelas Lionel Messi dan Sergio Busquets. Jadi, saat pemain senior seperti Ronaldinho dan Deco didepak, tak ada masalah sama sekali.

Dari segi teknis Pep juga didukung Johan Cruyff, yang jadi mentornya semasa bermain dulu. Cruyff jugalah, yang merekomendasikan Rijkaard dan Pep sebagai pelatih Tim Katalan kepada Joan Laporta, sosok yang juga merupakan presiden klub saat ini.

Situasi ideal seperti yang dialami Pep dulu tak terjadi pada Xavi. Saat pasangan sehati Iniesta ini datang, Barcelona adalah klub dengan kondisi keuangan morat-marit akibat salah urus manajemen era Bartomeu, plus imbas pandemi.

Saking parahnya, The Catalans terpaksa harus melepas Lionel Messi, akibat tak sanggup menggaji sang legenda. Masalah semakin berat, karena pemain senior yang ada sudah mulai "habis", sementara pemain muda yang ada masih minim pengalaman.

Boleh dibilang, Xavi berada dalam situasi cukup rumit. Kerumitan ini belakangan langsung muncul, dengan hadirnya sepasang kekalahan, masing-masing 0-1 dari Real Betis di liga, dan 0-3 dari Bayern Munich di Liga Champions.

Sepasang kekalahan ini jelas menunjukkan, bulan madu Xavi Hernandez sebagai pelatih Barcelona sudah selesai. Masa sulitnya bahkan sudah dimulai, dengan turun kelasnya Gerard Pique dkk dari Liga Champions ke Liga Europa, seturut kekalahan 0-3 di Bavaria.

Sebelumnya kesulitan ini sudah terlihat di liga. Jangankan bersaing dengan Real Madrid seperti biasanya, masuk ke posisi empat besar klasemen saja belum mampu.

Belanja pemain bintang? Lupakan dulu. Sepanjang musim panas lalu, Los Cules bahkan hanya mampu mendatangkan pemain gratisan. Untuk ukuran klub yang tadinya biasa belanja pemain mahal, ini sama saja terjun bebas.

Dengan berbagai kekacauan yang terjadi di Barcelona sejauh ini, membahas peluang meraih trofi La Liga atau Liga Europa rasanya masih terlalu muskil. Ada banyak hal yang masih harus dibenahi.

Kalaupun situasi setelah ini bisa terus membaik, standar "sukses" Barca musim ini bukan meraih trofi seperti sebelumnya, tapi lolos ke Liga Champions musim depan. Kalaupun mampu meraih trofi, itu adalah satu bonus besar.

Trofi bukan sesuatu untuk dikejar Barcelona saat ini, karena mereka masih belum cukup stabil, kalau tidak boleh dibilang compang-camping.

Praktis, inilah awal dimulainya masa "reparasi sebelum restorasi" Xavi Hernandez di Barcelona. Menarik ditunggu, berapa lama Xavi Hernandez mampu memperbaiki situasi, dan seberapa sabar manajemen Barca (termasuk Joan Laporta sang presiden klub) pada sang legenda.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun