Diantara kelimanya, hanya Achraf Hakimi yang bukan pemain gratisan. Selebihnya datang secara gratis, karena kontrak di klub sebelumnya sudah kadaluarsa.
Kini, sudah tiga bulan sejak musim baru mulai berjalan. Bagaimana impak mereka di tim?
Ternyata, cukup beragam. Ada yang sejak awal sudah klik, ada yang baru mulai klik setelah beberapa waktu, dan ada yang masih belum jelas kondisinya.
Untuk yang sejak awal sudah klik, ada Achraf Hakimi dan Gini Wijnaldum. Mereka sama-sama sudah bermain sejak awal musim, meski tak selalu bermain 90 menit penuh.
Keduanya juga sudah mencetak gol. Hakimi membuat tiga gol di Ligue 1 Prancis, dan selalu bermain penuh di Liga Champions. Belakangan, bek sayap asal Maroko yang diboyong dari Inter Milan itu memang mulai menjadi pilar tim. Jadi, ongkos 60 juta euro yang dibayarkan Les Parisiens memang sesuai dengan kualitasnya.
Sementara itu, Wijnaldum yang datang secara gratis dari Liverpool, hadir sebagai bagian dari strategi rotasi pemain di lini tengah. Alhasil, pemain asal Belanda itu harus beradaptasi lagi, karena selama ini ia biasa menjadi pemain utama, bukan pengganti.
Meski lambat, proses adaptasi gelandang keturunan Suriname ini pelan-pelan mulai membuahkan hasil. Pada match day keempat fase grup Liga Champions, sepasang gol berhasil dicetaknya ke gawang RB Leipzig, saat tim milik Nasser Al Khelaifi bermain imbang 2-2 menghadapi klub Bundesliga Jerman.
Start lambat juga dibuat Lionel Messi, karena sang Argentino sempat absen di beberapa kesempatan, baik karena cedera, atau memperkuat Timnas Argentina.
Meski belum mencetak gol di liga, Si Kutu setidaknya telah membuktikan dirinya bukan flop, karena tiga golnya di Liga Champions telah membantu klub meraih dua kemenangan atas Manchester City (2-0) dan RB Leipzig (3-2).
Beralih ke bawah mistar, nama Gianluigi Donnarumma awalnya sempat jadi sorotan, karena rutin duduk di bangku cadangan. Padahal, kiper Timnas Italia itu datang sebagai kiper terbaik dan juara Piala Eropa 2020.
Tapi, jika melihat fakta bahwa pesaingnya adalah kiper sekelas Keylor Navas, situasi ini jelas bisa dimengerti. Gigio adalah pendatang baru yang masih butuh waktu untuk adaptasi, sementara Navas adalah kiper berpengalaman yang sudah pernah merasakan hat-trick juara Liga Champions bersama Real Madrid.
Meski proses adaptasinya agak lama, eks kiper AC Milan ini belakangan mulai rutin menjadi starter, dan mampu tampil cukup baik. Jadi, keputusan kiper berpostur tinggi besar itu pindah ke Paris adalah keputusan yang tepat.
Keempat pemain ini memang pilar di tim nasional negara asalnya, punya catatan performa konsisten, dan tergolong jarang mengalami cedera panjang. Jadi, kualitasnya memang tak perlu diragukan lagi.Â
Praktis, dari lima nama tenar yang didatangkan PSG, hanya Sergio Ramos saja yang progresnya masih tanda tanya. Bek asal Spanyol ini masih belum tampil di lapangan hijau, akibat cedera otot berkepanjangan.
Ramos sendiri datang ke Paris dalam kondisi cedera. Progres pemulihannya terlihat lambat sekali, karena masih sebatas berlatih terpisah sendirian, belum berlatih dengan rekan setim.
Kedatangan Messi, Wijnaldum, Hakimi, Donnarumma, dan Ramos memang ikut mendatangkan ekspektasi tinggi. Tapi, mereka ternyata tetap butuh waktu untuk beradaptasi, sebelum akhirnya mulai menampilkan dampak positif.
Ini wajar, karena mereka punya nama besar, dan datang ke sebuah tim yang sebetulnya sudah bertabur bintang. Mereka berlima sama-sama beruntung, karena media Prancis tak seganas media Inggris.
Jadi, mereka bisa fokus sepenuhnya ke lapangan hijau. Mereka memang belum mencapai performa optimal, tapi dengan progres yang terlihat sejauh ini, itu tinggal masalah waktu. Selebihnya, tinggal seberapa ampuh racikan taktik Mauricio Pochettino, dalam mengoptimalkan potensi mereka.
Mampukah mereka benar-benar bersinar di Paris?