Disebut demikian, karena anak asuh Juergen Klopp mampu bermain dengan nyaman di depan puluhan ribu pendukung lawan. Tanpa ampun, tim juara Liga Champions dua kali itu dihajar dengan skor 5-1.
Sejak kick off, Jordan Henderson dkk leluasa mengontrol jalannya pertandingan, seperti sedang bermain di kandang sendiri. Dengan mengandalkan pressing ketat dan gaya main agresif, permainan FC Porto mampu dibuat tak berkembang.
Di sini, kecenderungan pemain tim raksasa Portugal, yang gemar berlama-lama menggocek bola, dan lemah dalam bertahan, sukses dieksploitasi habis-habisan oleh para pemain Si Merah.
Sebenarnya, sang juara Liga Champions dua kali ini bukan lawan remeh. Di match day perdana, mereka mampu menahan imbang tuan rumah Atletico Madrid tanpa gol. Jadi, bukan kejutan kalau perempatfinalis Liga Champions musim lalu ini punya skenario khusus lainnya di kandang sendiri.
Tapi, skenario taktik FC Porto sebenarnya sudah berantakan sejak sebelum kick off. Penyebabnya, mereka kehilangan Pepe yang mengalami cedera otot saat sesi pemanasan.
Tanpa kehadiran eks pemain Real Madrid itu, lini pertahanan Si Naga seperti ayam kehilangan induk. Maklum, terlepas dari karakternya yang dikenal temperamental, bek tengah veteran Timnas Portugal ini punya jam terbang yang mumpuni di Liga Champions.
Akibatnya, gelombang serangan demi serangan dari pemain Liverpool sudah hadir sejak menit awal. Gol pun datang begitu saja, selagi tim tuan rumah benar-benar dibuat buntu. Alhasil, saat turun minum, Liverpool sudah unggul 2-0, berkat gol-gol Mohamed Salah dan Sadio Mane.
Di babak kedua, anak-anak asuh Sergio Conceicao sempat memperbaiki performa mereka. Terbukti, Fabio Vieira dkk sempat membalas gol kedua Mohamed Salah dengan gol Mehdi Taremi.
Tapi, momen untuk bisa bangkit akhirnya sirna, setelah Roberto Firmino, yang turun sebagai pemain pengganti, langsung membalasnya dengan mencetak sepasang gol. Seperti gol-gol Salah dan Mane, gol-gol pemain asal Brasil ini hadir, dengan memanfaatkan celah terbuka di lini belakang Os Dragoes.
Selebihnya, pertandingan yang menandai penampilan ke 400 Jordan Henderson ini benar-benar menjadi milik Liverpool. Klopp bahkan dapat dengan leluasa memaksimalkan kuota lima pergantian pemain, di sepanjang babak kedua.
Strategi rotasi pemain ini sendiri diterapkan, karena pada akhir pekan ini Liverpool akan menghadapi tantangan Manchester City di Anfield, dalam lanjutan kompetisi Liga Inggris.
Meski kebobolan satu gol, kemenangan di Portugal ini menjadi satu peningkatan performa, setelah di pertandingan sebelumnya bermain imbang 3-3 melawan Brentford. Hasilnya ini menjadi kemenangan keenam dari sembilan pertemuan melawan FC Porto, tiga pertandingan lainnya berakhir imbang.
Secara tim, The Kop mampu mengontrol situasi, dan tahu harus bagaimana saat memegang kendali permainan. Kematangan mental Virgil Van Dijk dkk juga terlihat, lewat permainan lugas di lapangan. Mereka tak termakan oleh trik-trik pemain lawan, saat terjadi kontak fisik.
Meski disebut sedang berada di grup neraka, dua kemenangan dari dua laga membuat The Anfield Gank sedikit berada di atas angin. Di match day pembuka, kemenangan juga sukses diraih atas AC Milan dengan skor 3-2.
Jika level performa ini mampu dijaga, bahkan ditingkatkan, Liverpool bisa menjadi penentu nasib tim lain di grup. Tapi, mereka harus tetap waspada, karena di dua match day berikutnya, Atletico Madrid sudah menunggu.
Tim asuhan Diego Simeone ini adalah lawan alot, yang mendepak Si Merah di perdelapan final Liga Champions dua musim lalu. Inilah ujian sulit, yang bisa menjadi gambaran, apakah tim Merseyside Merah mampu berbicara banyak di Eropa musim ini atau tidak.
Mampukah Liverpool lulus ujian?