Mohon tunggu...
KOMENTAR
Trip Pilihan

Sekilas Swedia dan Rasa Berbeda Webinar Koteka

12 September 2021   15:02 Diperbarui: 12 September 2021   15:10 300 2
Selama ini, jika mengikuti webinar Komunitas Traveler Kompasiana (KOTEKA) alias KOTEKA Talk, dengan topik bahasan seputar luar negeri, biasanya narasumber yang dilibatkan berasal dari KBRI atau "native speaker" dari negara yang dibahas, dengan paparan menggunakan bahasa Inggris.

Tapi, saat mengikuti webinar KOTEKA pada Sabtu (11/9) lalu, ada sedikit perbedaan. Dalam webinar yang kali ini membahas seputar Swedia, narasumber yang hadir adalah orang Swedia dengan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik.

Isabel Nielsen, sang narasumber, awalnya kuliah jurnalistik di Swedia lalu kuliah lagi di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta selama kurang lebih dua tahun.

Dari sinilah kemampuan bahasa Indonesianya didapat. Bel, begitu ia biasa disapa, juga sudah cukup memahami budaya "jam karet" khas Indonesia, sehingga ia tetap santai saat start webinar tertunda beberapa menit dari jadwal semula, yakni pada pukul 16.00 WIB.

Wanita yang menikah dengan orang Indonesia ini berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Swedia dan YouTuber. Nama channel YouTube nya adalah "Keluyuran di Eropa". Channel ini dikelolanya bersama sang suami.

Dalam pemaparannya seputar Swedia, Isabel banyak menggunakan materi dari vlog di channel YouTube nya, yang ternyata menggunakan bahasa Indonesia, dengan subtitle bahasa Inggris.

Berikut beberapa informasinya, dengan sedikit tambahan yang masih relevan.

Sebagai sebuah negara, Swedia merupakan monarki konstitusional. Kepala negaranya adalah raja, dan kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri.

Jumlah penduduk Swedia adalah 10,3 juta jiwa, dengan 2,4 juta diantaranya tinggal di Stockholm, ibukota sekaligus kota terbesar di sana. Seperti umumnya negara maju di Eropa, ada banyak masyarakat imigran dari berbagai negara, yang juga menetap di sini.

Dari segi pariwisata, kota Stockholm, punya beberapa destinasi wisata terkenal, antara lain, istana kerajaan, kawasan kota tua, dan stasiun bawah tanah dengan, jalur Tunnelbana / kereta bawah tanah sepanjang 110 km.

Kawasan kota tua Stockholm dikenal dengan sebutan Gamla Stan. Area ini didirikan pada tahun 1252.

Karena tampilannya yang artistik, dan panjangnya, Tunnelbana sering disebut sebagai galeri seni terpanjang di dunia. Di sini, terdapat banyak karya seni dengan beragam tema seperti politik, sejarah dan budaya.

Selain Stockholm, kota penting lain di negara Nordic ini adalah Gothenburg. Kota ini merupakan kota terbesar kedua, sekaligus kota pelabuhan terbesar di sana.

Karena merupakan kota pelabuhan terbesar, kota ini punya ikon patung dewa Poseidon, Tempat wisata terkenal lainnya di sana adalah Museum Seni Gothenburg.

Dari segi kuliner, Swedia punya Kanelbullar, roti khas berbahan kayu manis dengan ukuran cukup besar.

Selain itu, Swedia punya makanan khas lain, yakni Swedish Meatball yang biasa disajikan dengan kentang dan selai lingon yang asam. Hidangan ini merupakan kuliner nasional Swedia.

Dalam hal teknologi, negara berbahasa resmi Swedia ini tergolong sangat maju. Di sektor transportasi, Swedia banyak menggunakan kereta listrik sebagai moda transportasi umum.

Di sektor telekomunikasi, Swedia pernah punya produk ponsel Sony Ericsson yang sempat mendunia, seperti halnya Nokia dari Finlandia.

Di sektor produk kebutuhan rumah tangga, Swedia merupakan negara asal produk IKEA yang cukup populer di dunia, termasuk Indonesia.

Di Swedia sendiri, produk IKEA populer, tapi sebagai produk dengan harga terjangkau atau kelas mahasiswa. Uniknya, di negara-negara Asia, produk ini dikenal sebagai produk kelas mahal, karena standar harga produknya masih tergolong tinggi untuk ukuran negara-negara Asia.

Dalam bidang sains, negara empat musim ini merupakan tempat muasal satuan ukuran suhu Celcius dan penghargaan Nobel, yang namanya memang diambil dari Anders Celcius dan Alfred Benhard Nobel, dua ilmuwan dari Swedia.

Meski merupakan negara anggota Uni Eropa, negara tetangga Finlandia ini punya satu kebijakan moneter yang cukup unik. Mereka tetap memakai mata uang Krone, bukan Euro seperti negara Uni Eropa pada umumnya.

Kebijakan ini dimaksudkan untuk mencegah efek ketidakstabilan ekonomi, seperti yang terjadi di Spanyol dan Yunani. Awalnya, pemerintah setuju memakai mata uang euro, tapi rakyat menolak lewat referendum.

Inilah salah satu faktor yang membuat perekonomian Swedia cukup aman dari krisis. Saking bagusnya kondisi perekonomian di sana, pemerintah menggratiskan biaya pendidikan sampai jenjang doktoral, termasuk kepada warga asing.

Dengan catatan, si warga negara asing tersebut minimal sudah tinggal selama 2-4 tahun di Swedia, dan sudah mengantongi permanent residence atau izin tinggal tetap. Kebijakan pendidikan gratis ini membuat program wajib belajar sepuluh tahun yang dicanangkan pemerintah setempat relatif sukses.

Dalam hal budaya populer, selain punya grup musik ABBA yang terkenal, Swedia juga punya tim nasional sepak bola yang cukup bagus, baik dalam kategori putra maupun putri.

Di kategori sepak bola putra, Tim Biru Kuning pernah mencapai final Piala Dunia 1958 dan meraih medali perunggu Piala Dunia 1994. Di Euro, prestasi terbaik mereka adalah lolos ke babak semifinal (edisi 1992).

Swedia juga menjadi satu dari sedikit negara Eropa yang pernah jadi tuan rumah turnamen Piala Dunia (1958) dan Euro (1992). Pesepakbola terkenal di era modern dari Swedia antara lain Zlatan Ibrahimovic (AC Milan) dan Viktor Lindelof (Manchester United).

Di kategori sepak bola putri, Timnas Swedia sukses mencapai final Olimpiade (2016 dan 2020), Piala Dunia Putri (2003) dan Piala Eropa Putri (juara di edisi 1984, finalis di edisi 1987, 1995, dan 2001).

Di masa pandemi Corona, kebijakan pemerintah Swedia soal pandemi tidak seketat di negara lain di Eropa. Tidak ada lockdown, tapi ada rekomendasi bekerja atau sekolah dari rumah.

Meski sebagian besar aktivitas dikerjakan di rumah, batasannya tetap seperti biasa, yakni lima hari kerja dalam seminggu, dengan jatah cuti kerja lima minggu dalam setahun, sesuai ketentuan yang berlaku di sana.

Secara umum, Swedia menerapkan The Swedish model. Model kebijakannya mirip dengan di Indonesia, tapi lebih longgar. Dalam artian ada aturan dan tata tertib, tapi tidak diwajibkan pakai masker.

Program ini cukup berhasil, karena kesadaran kolektif di sana cukup tinggi. Vaksinasi pun lancar, sehingga kekebalan kolektif mulai terbentuk.

Seiring mulai terbentuknya kekebalan kolektif, pemerintah Swedia berencana  mengizinkan kegiatan di sekolah maupun perkantoran dimulai lagi per bulan Oktober mendatang.

Pada prosesnya, sempat ada gangguan teknis, tapi banyaknya peserta yang bertanya membuat webinar terasa lebih hidup. Kali ini, keberagaman "insight" yang ada dalam pertanyaan diskusi menjadi warna lain yang khas, selain keberagaman lokasi asal peserta.

Sekali lagi, semua keberagaman itu bisa menyatu dalam satu medium virtual, berkat kemajuan teknologi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun