Dari segi individu, antara lain ada Erling Haaland  di timnas Norwegia, Memphis Depay di timnas Belanda, dan Antoine Griezmann di Timnas Prancis yang tampil moncer. Tak ketinggalan, ada juga Cristiano Ronaldo yang mencatat rekor gol terbanyak di level timnas, berkat sepasang gol ke gawang Irlandia.
Tapi, jika boleh hanya menyebut satu tim saja, maka Timnas Brasil-lah yang layak disebut sebagai bintang paling terang alias sorotan utama, di jeda internasional kali ini.
Penyebabnya, Tim Samba hadir di sepasang momen kontroversial. Pertama, tarik ulur dengan klub dan pengelola Liga Inggris, dan kedua, insiden pembubaran paksa pertandingan saat menjamu Argentina di kota Sao Paulo.
Untuk insiden pertama, CBF (PSSI-nya Brasil) mempermasalahkan sikap klub Liga Inggris, yang melarang pemain asal Brasil pulang demi tugas negara. Penyebabnya, ada larangan dari pemerintah Inggris terkait kunjungan ke negara zona merah COVID-19, khususnya di sebagian wilayah Amerika Latin, termasuk Brasil.
Alhasil, Alisson Becker, Fabinho, dan Roberto Firmino (Liverpool), Raphinha (Leeds United), Ederson dan Gabriel Jesus (Manchester City), Fred (Manchester United), dan Thiago Silva (Chelsea) diskors larangan bertanding selama lima hari sejak selesainya pertandingan terakhir jeda internasional, sesuai aturan "five-days rule" FIFA.
Sebenarnya, ada satu nama pemain Brasil lain yang juga masuk daftar cekal, yakni Richarlison (Everton). Hanya saja, CBF masih mau berbaik hati, dengan berusaha "memutihkan" skorsing sang pemain.
Penyebabnya, Everton sudah berbaik hati mengizinkan sang pemain memperkuat Selecao di ajang Copa America dan Olimpiade Tokyo. Jadi, ada sedikit timbal balik di sini.
Langkah CBF ini juga ditiru oleh federasi sepakbola di negara Amerika Latin lainnya, yakni  Chile, Meksiko, dan Paraguay. Karena alasan serupa, ketiganya kompak meminta FIFA  menegakkan "five-days rule", atas pemain mereka yang bermain di Liga Inggris.
Akibatnya, Raul Jimenez (Wolves), Francisco Sierralta (Watford), Miguel Almiron (Newcastle), dan Ben Brereton Diaz (Blackburn) berpotensi masuk daftar cekal.
Untuk kasus kedua, Timnas Brasil jadi sorotan, karena insiden pembubaran paksa pertandingan oleh otoritas setempat. Kejadian ini benar-benar mencengangkan dan jadi sorotan dunia.
Maklum, kejadian ini hadir di saat Neymar dkk menghadapi Argentina, tim rival bebuyutan yang dimotori Lionel Messi. Meski sebenarnya semua hal terkait pertandingan sudah disepakati dan dijamin oleh CONMEBOL, nyatanya otoritas terkait di Brasil tetap melakukan intervensi, karena ada empat pemain Albiceleste yang dinilai melanggar ketentuan prokes di Brasil.
Akibatnya, pertandingan yang sebetulnya sempat tertunda akibat lonjakan kasus baru COVID-19 di Brasil harus kembali tertunda. Awalnya, duel Superclasico ini dijadwalkan pada bulan Maret 2021.
Sebagai imbasnya, keempat pemain yang dinilai bermasalah, yakni Christian Romero, Giovani Lo Celso, Emiliano Martinez, dan Emiliano Buendia tak disertakan dalam tim saat Tim Tango menghadapi Bolivia.
Bukan hanya merugikan buat timnas, suspensi mereka juga merugikan klub. Cristian Romero dan Giovani Lo Celso tak bisa membela Tottenham Hotspur, sedangkan dua Emiliano milik Aston Villa, yakni Martinez dan Buendia juga harus absen di liga.
Permasalahan dan kontroversi yang hadir dari CBF dan otoritas Brasil di jeda internasional bulan September mau tak mau membuat Timnas Brasil mendadak jadi bintang. Penyebabnya, efek domino yang hadir benar-benar membuat banyak pihak kena imbasnya.
Di sisi lain, masalah yang hadir kali ini seharusnya bisa jadi pembelajaran buat FIFA, supaya mau berkompromi dengan klub, khususnya jika kebijakan yang diambil klub berkaitan dengan masalah pandemi. Jangan sampai pemain jadi korban keegoisan FIFA.
Selain itu, FIFA perlu sedikit membuka diri dengan pemerintah suatu negara, supaya bisa lebih terkoordinasi jika pertandingan berlangsung di satu negara yang punya aturan prokes khusus.
Seharusnya, ini bukan perkara sulit, karena pada jeda internasional kali ini, FIFA bisa langsung memutuskan untuk menunda pertandingan antara Guinea vs Maroko  (kualifikasi Piala Dunia zona Afrika) karena ada gejolak politik dan keamanan di Guinea.
Mungkin pendapat saya soal kasus yang melingkupi Timnas Brasil kali ini agak sarkastik. Tapi, kita layak untuk sedikit bersyukur, karena jeda internasional bulan September sudah menghadirkan momen-momen yang mampu menambah wawasan. Ini sekaligus membuktikan, sepak bola bukan hanya sebatas lapangan hijau, dimensinya jauh lebih luas dari itu.