Sebelumnya, pemain kidal ini berstatus tanpa klub, setelah kontraknya di Lechia Gdansk (Polandia) tak diperpanjang. Meski ikut meraih trofi Piala Polandia dan Piala Super Polandia, menit bermainnya di tim utama sangat terbatas.
Selama tiga tahun di sana, jebolan SKO Ragunan ini lebih banyak bermain di tim cadangan atau duduk manis di bench. Selebihnya, ia lebih moncer sebagai ikon klub di sektor pemasaran, dengan membantu klub menjaring banyak follower di media sosial, dan menarik Paytren sebagai sponsor.
Kurangnya menit bermain jadi penyebab, yang akhirnya membuat pemain kidal ini memilih hengkang. Tawaran kontrak baru dari Lechia ditolak, sebelum akhirnya resmi pindah ke FK Senica.
Di klub asuhan Pavel Sustr itu, Egy mengenakan nomor punggung 17, dan diikat kontrak percobaan selama 6 bulan, dengan opsi perpanjangan kontrak selama satu setengah tahun, jika menit bermainnya memenuhi syarat.
Sekilas ini terlihat riskan, karena waktunya cukup mepet. Tapi, "kontrak magang" ini jauh lebih baik ketimbang "trial", karena durasi trial paling lama hanya sebulan dan serba tak pasti.
Kalau ternyata tak diterima, nasib si pemain bisa terkatung-katung. Mau pulang atau mencari klub baru di Eropa sama-sama sulit, karena bursa transfer sudah tutup setelah trial.
Karena masih berusia 21 tahun dan didapat secara gratis, Egy jelas menjadi opsi murah yang menguntungkan. Dari segi trafik di media sosial saja, klub berjuluk Zahoravi (The Burners) sudah ketiban durian runtuh.
Sejak jebolan Timnas U-19 ini datang saja, jumlah followers di media sosial klub meroket tajam. Satu fenomena langka, karena mereka bukan klub langganan juara liga seperti halnya Slovan Bratislava atau MSK Zilina.
Boleh dibilang, klub yang berdiri tahun 1921 ini hanya punya basis fans skala kecil. Tapi, mereka tahu persis, Egy bisa menghadirkan efek seperti yang sudah dilakukannya di Polandia.
Melihat situasinya bukan kejutan jika FK Senica nanti akan memperpanjang kontrak pemain asal Sumatera Utara ini, demi mengamankan aspek komersial. Jadi, ada simbiosis mutualisme di sini.
Bagi "Si Kelok Sembilan" sendiri, bermain di Slovakia adalah satu opsi menarik. Meski belum setenar Republik Ceko, saudara kembarnya, timnas negara asal Martin Skrtel ini sedang berkembang dalam sedekade terakhir.
Seperti diketahui, Timnas Slovakia sempat lolos ke perdelapan final Piala Dunia 2010, dengan mengalahkan Italia 4-3 di fase grup. Di Piala Eropa, Sokoli alias Si Elang tampil dalam dua edisi terakhir, dengan Milan Skriniar (Inter Milan) sebagai pemain kunci.
Hanya saja, Egy perlu membuktikan kualitasnya, sehingga mendapat perpanjangan kontrak karena memang mampu, bukan hanya secara komersial.
Mengingat usianya yang sudah 21 tahun, ini adalah masa menentukan bagi alumnus Turnamen Toulon, untuk menunjukkan, apakah ia bisa survive di Eropa atau tidak.
Jika tidak, mungkin ia hanya akan jadi versi kekinian dari seorang Syamsir Alam: lama bermain di luar negeri, tapi melempem setelah kembali karena kekurangan menit bermain. Semoga, kiprahnya di negara pecahan Cekoslovakia akan lebih baik dari sebelumnya.