Setelah sebelumnya takluk 0-2 di markas tim promosi Brentford pada pekan perdana, tim asuhan Mikel Arteta kembali kalah dengan skor identik, saat menjamu Chelsea, Minggu (22/8). Gol-gol Romelu Lukaku dan Reece James memastikan sang juara Piala Super Eropa membawa pulang poin penuh.
Hasil ini sekaligus menjadi catatan start terburuk The Gunners di kasta tertinggi Liga Inggris. Uniknya, kedua kekalahan identik ini didapat, dari sesama tim asal kota London.
Secara permainan, Bukayo Saka dkk sebenarnya memulai dengan baik, dengan berusaha menyerang di menit awal. Masalahnya, mental mereka langsung ambruk, setelah Lukaku mencetak gol di menit ke 15.
Momentum ini jadi titik balik pertandingan, karena setelahnya tim asuhan Thomas Tuchel gantian memegang kendali. Mereka mampu mendominasi penguasaan bola, dan mencetak gol lagi lewat aksi Reece James di menit ke 35.
Satu-satunya hal positif yang didapat Tim Gudang Peluru hanyalah Chelsea tak mampu mencetak gol lebih banyak. Selebihnya, mereka layak kalah, karena memang kalah kelas.
Situasinya memang kontras dengan saat kalah dari Brentford. Dimana, Tim Meriam London saat itu mampu memegang kendali permainan.
Tapi, mereka sebenarnya menunjukkan satu kesamaan: pertahanan yang rapuh di belakang, minim kreasi di lini tengah, dan melempem di lini depan. Sebuah masalah yang sekilas cukup aneh, untuk ukuran tim yang sebenarnya cukup aktif berbelanja di bursa transfer.
Tapi, masalah ini sebenarnya sudah mulai kelihatan di masa pra-musim. Dari empat pertandingan yang dimainkan, tim rival bebuyutan Tottenham Hotspur ini hanya mampu meraih satu hasil imbang dan tiga kekalahan. Mengenaskan.
Memang, di bawah komando Arteta, Arsenal memang mampu meraih satu trofi Piala FA dan satu trofi Community Shield. Ide konsep permainan pelatih asal Spanyol ini juga bagus, karena ingin bermain secara positif.
Hal ini wajar, karena eks kapten Arsenal ini merupakan eks asisten Pep Guardiola di Manchester City. Jadi, ada sedikit harapan ia punya cukup ilmu kepelatihan yang bisa digunakan.
Masalahnya, progres Tim London Merah cenderung stagnan di liga. Dalam dua musim terakhir, mereka konsisten finis di posisi delapan klasemen akhir.
Titik terparahnya terjadi di musim lalu. Saat itu, mereka mampu mengumpulkan 61 poin dari yang sebelumnya 56 poin. Sebuah progres positif, tapi, progres positif tim-tim lawan ternyata masih lebih baik.
Hasilnya, jangankan lolos ke Liga Champions, Lolos ke UEFA Europa Conference League (kompetisi antarklub Eropa kasta ketiga) saja masih tak mampu.
Parahnya, di bursa transfer, tim empunya Stadion Emirates kadang membuat keputusan aneh. Sebagai contoh, musim panas tahun lalu, Emiliano Martinez dilepas ke Aston Villa, tak lama setelah membantu tim meraih Piala FA dan Community Shield.
Bukannya meredup, kiper cadangan Bernd Leno ini justru mencorong. Selain mampu membantu Villa finis dengan nyaman di papan tengah, trofi Copa America juga sukses diraihnya bersama Timnas Argentina.
Sebaliknya, Leno justru mengalami penurunan performa, dengan beberapa kali membuat blunder fatal.
Anehnya, di musim panas tahun ini, mereka memboyong Aaron Ramsdale dari Sheffield United dengan ongkos 24 juta pounds.
Sebuah keputusan yang terlihat aneh, karena meski masuk skuat Timnas Inggris di Euro 2020, dan menjadi pemain utama di klubnya, sang kiper punya satu catatan horor. Dalam dua musim terakhir, klub yang dibelanya selalu terdegradasi dari kasta tertinggi, yakni Bournemouth dan Sheffield United.
Entah apa yang dipikirkan Arteta dan manajemen Arsenal, yang jelas, situasi mereka sudah benar-benar ruwet. Filosofi ala Pep yang coba diterapkan Arteta sejauh ini masih jauh dari harapan awal, karena mampu diekspos lawan habis-habisan.
Mungkin mengganti pelatih bisa jadi solusi, tapi hasilnya belum tentu akan langsung terlihat.
Di sini, nama Antonio Conte belakangan cukup sering disebut, tapi berhubung bursa transfer musim panas sudah hampir tutup, dan klub sudah membelanjakan lebih dari 100 juta pounds untuk belanja pemain baru, rasanya sulit melihat sang Italiano segera merapat. Maklum, eks pelatih Juventus ini biasa berbelanja banyak pemain baru, dan melakukan perombakan tim besar-besaran.
Dengan awalan sulit mereka, praktis tugas terdekat Arsenal dan Arteta saat ini adalah segera meraih poin atau kemenangan pertama dalam waktu dekat.
Jika tidak segera didapat, agaknya Arsenal dan Gooners harus bersiap menjalani musim yang lebih rumit dari sebelumnya.