Diantara semua reguler itu, ada satu yang kadang luput dari sorotan, yakni aturan soal nomor punggung pemain. Di liga-liga Eropa, klub awalnya dibatasi hanya boleh mengenakan nomor punggung 1 sampai 11 untuk pemain starter.
Belakangan, aturan itu dihapus, dan menjadi lebih fleksibel. Dalam perkembangannya, ada beberapa aturan atau kebijakan berbeda mengenai ini.
Sebagai contoh, di Liga Italia, kiper kedua biasanya memakai nomor punggung 12. Sebuah klub bisa juga "mempensiunkan" nomor punggung tertentu, dengan pertimbangan masing-masing.
Di AC Milan misalnya, ada nomor punggung 3 dan 6 yang dipensiunkan, untuk menghormati loyalitas dan kiprah cemerlang Paolo Maldini, dan Franco Baresi. Sepanjang kariernya, mereka hanya bermain di Milan.
Langkah serupa juga dilakukan Inter Milan, yang mempensiunkan nomor punggung 3 dan 4 atas nama Giacinto Facchetti dan Javier Zanetti
Di Napoli, ada nomor punggung 10 yang dipensiunkan atas nama Diego Maradona, berkat kiprah cemerlangnya bersama Si Putri Duyung.
Bukan hanya karena prestasi, tragedi juga bisa jadi penyebab nomor punggung dipensiunkan. Di Livorno misalnya, nomor punggung 25 dipensiunkan atas nama Piermario Morosini, yang meninggal akibat serangan jantung saat bertanding.
Ini berbeda dengan La Liga Spanyol, yang menetapkan nomor punggung 13 dan 25 sebagai nomor punggung untuk kiper cadangan.
Lebih lanjut, pemain tim inti di klub La Liga diwajibkan memakai nomor punggung 1 sampai 25. Nomor punggung selanjutnya digunakan untuk pemain muda dari tim akademi.
Inilah alasan mengapa Lionel Messi sempat mengenakan nomor punggung 30, pada tahun pertamanya di tim senior Barcelona. Saat itu, dirinya berstatus sebagai pemain muda dari tim akademi.
Setelahnya, pemain kelahiran Rosario (Argentina) ini mengenakan nomor punggung 19, sebelum akhirnya mengenakan nomor punggung 10 sepeninggal Ronaldinho ke AC Milan, pada musim panas 2008.
Meski begitu, nomor punggung di klub La Liga juga ada yang akhirnya dipensiunkan. Misalnya nomor punggung 21 di klub Espanyol yang dipensiunkan atas nama Daniel Jarque yang meninggal dunia karena serangan jantung.
Di luar benua Eropa, regulasi nomor punggung biasanya cukup mirip dengan Liga Italia atau La Liga. Hanya saja, ada satu negara yang liganya punya aturan unik soal nomor punggung pemain, yakni Meksiko.
Di negeri Sombrero, sebuah klub diperbolehkan punya nomor punggung sampai tiga digit, untuk membedakan mana pemain tim muda dan tim senior. Meski tak biasa, metode ini ternyata cukup membantu para pencari bakat dari Eropa untuk mengenali si pemain secara spesifik.
Contoh kasus terkenalnya adalah Edson Alvarez, yang saat debutnya di Club America mengenakan nomor punggung 282 pada tahun 2016. Disamping performanya yang konsisten, nomor punggungnya membuat pemain kelahiran 23 Oktober 1997 ini mudah dikenali.
Ini membuat talentanya sebagai pemain bertahan pun termonitor dengan baik. Hasilnya, ia pindah ke Ajax Amsterdam (Belanda) pada tahun 2019. Belakangan, dirinya menjadi pemain kunci baik di klub maupun di Timnas Meksiko.
Kembali ke Eropa, selain Italia dan Spanyol, negara lain yang liganya punya aturan nomor punggung adalah Prancis. Di Ligue 1 Prancis, penggunaan nomor punggung "angka kustom" seperti 45 atau 99 dilarang.
Itu sebabnya, selama berkiprah Ligue 1 bersama OGC Nice dan Olympique Marseille, Mario Balotelli mengenakan nomor punggung 9. Padahal, dalam perjalanan kariernya, pemain badung asal Italia ini identik dengan nomor punggung 45.
Kasus yang mirip juga dialami oleh Gianluigi Donnarumma. Pemain yang sebelumnya identik dengan nomor punggung 99 di AC Milan ini, akhirnya mengenakan nomor punggung 50 setibanya di PSG.
Menurut aturan Ligue 1, kiper tim utama diwajibkan memakai nomor punggung 1, 16, atau 30. Jika mengacu pada aturan ini, Gigio seharusnya bisa saja mengenakan nomor punggung 30.
Hanya saja, berhubung nomor punggung itu sudah ada yang memakai, sang Italiano memilih nomor punggung yang saat ini dikenakannya.
Uniknya, aturan soal nomor punggung ini belakangan "dilanggar" sendiri oleh pihak Ligue 1, seiring kedatangan Lionel Messi ke PSG. Awalnya, Messi ditawari Neymar untuk mengenakan nomor punggung 10, tapi tawaran ini ditolaknya, dan Leo mengenakan nomor punggung 30.
Sebenarnya, ini melanggar aturan nomor punggung di Ligue 1, tapi faktor kebintangan seorang Lionel Messi membuatnya mendapatkan izin khusus.
Maklum, kedatangan sang pemain terbukti mampu meningkatkan popularitas kompetisi dalam waktu singkat. Sebuah manfaat yang tentunya bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Nomor punggung, dengan segala aturan dan dinamikanya, ternyata mampu menampilkan sisi lain yang menarik. Bukan hanya menjadi satu "tanda identitas pemain" di lapangan, nomor punggung juga jadi tanda mata kiprah cemerlang seorang legenda di satu momen, sekaligus penghormatan atas momen tragis di kesempatan lain.
Persis seperti dua sisi mata uang.