Dengan demikian, The Toffees menjadi klub Liga Inggris keempat yang pernah dilatihnya. Sebelum ini, Rafa sempat melatih Liverpool, Chelsea dan Newcastle United, dengan meninggalkan kesan positif di ketiga klub tersebut.
Seperti diketahui, eks pelatih Real Madrid ini sukses membawa Liverpool juara Liga Champions dan Piala FA, dan membantu Newcastle United promosi ke kasta tertinggi. Di periode singkatnya bersama Chelsea, Si Biru sukses meraih trofi Liga Europa dan finis di posisi empat besar.
Agaknya, rekam jejak inilah yang membuat eks pelatih Valencia akhirnya dipilih manajemen Everton ketimbang Nuno Espirito Santo (Portugal), yang belakangan ditunjuk sebagai pelatih baru Tottenham Hotspur.
Benar, eks pelatih Napoli memang punya pengalaman panjang di Liga Inggris, sehingga sudah kenal betul dengan kompetisi ini. Jadi, ini memang keputusan yang masuk akal dari manajemen Everton.
Kebetulan, sejak melatih Liverpool di tahun 2004, Benitez diketahui sudah mempunyai rumah di Merseyside, dan keluarganya menetap di sana. Inilah alasan mengapa dirinya belakangan lebih memprioritaskan tawaran melatih dari klub Inggris.
Melihat rekam jejaknya, Everton jelas bisa berharap, eks pelatih Inter Milan bisa melanjutkan apa yang sudah dibangun Don Carlo di klub, sekaligus membuat tim tetap kompetitif musim depan. Secara taktis, sang Spaniard juga masih cukup mumpuni untuk bersaing di liga.
Tapi, pro-kontra atas penunjukannya segera muncul di kalangan Evertonian, bahkan sejak kedatangannya masih berupa rumor. Penyebabnya, tak lain karena latar belakangnya sebagai eks pelatih Liverpool, yang dianggap Kopites  sebagai legenda klub, berkat torehan satu trofi Liga Champions di Istanbul.
Seperti diketahui, Everton merupakan "saudara tua" sekaligus rival sekota Liverpool. Kedua tim punya sejarah rivalitas panjang dalam Derby Merseyside, meski atmosfernya tak selalu panas.
Berangkat dari situlah, Benitez disebut-sebut tak akan sepenuhnya diterima oleh fans Everton. Sebuah alasan sentimentil yang agak romantis.
Meski terlihat wajar, sebenarnya situasi ini bukan pertama kalinya dialami Rafa. Sebelumnya, ia juga pernah "ditolak" suporter Chelsea, saat ditunjuk sebagai pelatih interim, menggantikan posisi Roberto Di Matteo di musim 2012-2013.
Penyebabnya mirip: latar belakang sebagai mantan pelatih Liverpool, dan rekam jejak konfrontasi dengan Chelsea di masa lalu. Tapi, Roman Abramovich bergeming, dan Benitez tetap bertugas sampai akhir musim.
Hasilnya, Chelsea mampu dibawanya finis di posisi empat besar Liga Inggris, dan juara Liga Europa. Prestasi ini pada akhirnya mengubah penolakan menjadi rasa hormat, karena keberhasilannya menyelamatkan klub dari mimpi buruk akibat penurunan performa.
Uniknya, saat menghadapi Liverpool di Anfield, pelatih sarat pengalaman ini tetap disambut hangat oleh Kopites. Sebuah momen istimewa, yang sayangnya sedikit terlupakan.
Penyebabnya, pertandingan itu lebih banyak diingat karena aksi nakal Luis Suarez. Akibatnya, penyerang asal Uruguay itu belakangan diskors FA, setelah dirinya kedapatan menggigit lengan Branislav Ivanovic.
Memanasnya rivalitas Chelsea dan Liverpool beberapa tahun belakangan, nyatanya tak membuat fans Liverpool memusuhi Benitez. Mereka bahkan tetap menjadikan dirinya, sebagai satu dari lima pelatih paling berpengaruh dalam sejarah klub, bersama Bill Shankly, Bob Paisley, Joe Fagan, dan Sir Kenny Dalglish.
Rasa hormat yang sama juga diterimanya, saat ia mendampingi Newcastle United di Anfield. Jadi, hubungan baik yang selama ini sudah terjalin akan tetap baik-baik saja.
Terlepas dari rivalitas panjang Liverpool dan Everton, kedatangan Rafael Benitez di sudut biru Merseyside, akan menambah warna partai Derby kota pelabuhan. Untuk pertama kalinya, Rafa akan kembali hadir di partai klasik ini, tapi bukan di sudut merah.
Meski kedatangannya di Everton diwarnai pro-kontra dan keraguan, menarik ditunggu apakah Rafa mampu membalik keraguan tersebut, atau justru tenggelam olehnya.