Memang, turnamen yang sedianya diikuti 12 negara peserta ini, hanya diikuti oleh 10 negara. Dua tim undangan, yakni Australia dan Qatar mundur karena memilih fokus menghadapi babak lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.
Alhasil, turnamen yang awalnya terdiri dari tiga grup, berubah menjadi dua grup. Satu grup terdiri dari lima tim.
Inilah yang membuat Copa America 2021 terasa berbeda. Setiap tim bermain sebanyak empat kali, dan tim peringkat 1-4 tiap grup akan lolos ke babak perempatfinal.
Alhasil, tingkat persaingan untuk lolos ke babak selanjutnya di Copa America tak seintens di Euro, yang memang punya jumlah peserta lebih banyak.
Tapi, ada satu pemandangan menarik di sini, karena ada tim yang jadi lumbung poin buat tim lawan. Di grup A, ada Bolivia yang selalu kalah di tiga pertandingan, yakni atas Paraguay (1-3), Chile (0-1), dan Uruguay (0-2).
Melihat skornya, sebenarnya La Verde alias Si Hijau bisa mengimbangi permainan tim lawan, tapi hanya sebatas itu. Jika lawan menaikkan intensitas serangan, habislah sudah.
Hasilnya, Paraguay, Chile dan Uruguay lolos mendampingi Argentina ke babak selanjutnya, meninggalkan Bolivia yang mencatat nirpoin, dan hanya mampu mencetak satu gol. Daftar kekalahan tim asuhan Cesar Farias bisa saja bertambah, karena mereka masih akan menghadapi tim kuat Argentina.
Untunglah, pemandangan serupa tak terjadi di grup B, karena tuan rumah Brasil tampil superior, dengan selalu mencatat kemenangan. Di sini, persaingan untuk lolos ke babak perempatfinal Copa America lebih terbuka.
Dengan lolosnya Tim Samba, empat tim lain dibuat bersaing ketat memperebutkan tiga tiket tersisa. Situasi ini kebetulan muncul, karena Peru dan Kolombia sama-sama mempunyai 4 poin, sementara Venezuela dan Ekuador punya 2 poin.
Kecuali Kolombia, semuanya masih akan bertanding sekali lagi. Tapi, Ekuador menjadi tim yang kurang beruntung, karena akan menghadapi Brasil yang sedang perkasa di partai terakhir, sementara itu, Peru akan bertemu Venezuela.
Meski terlihat tak terlalu intens, persaingan di Copa America 2021 terlihat lebih "tricky", karena ada enam tim yang berusaha menghindari pertemuan dini dengan Brasil dan Argentina, supaya bisa menjaga peluang melaju lebih jauh.
Inilah satu warna menarik Copa America kali ini. Meski kandidat juaranya relatif mudah ditebak, persaingan antar tim non unggulan tergolong cukup dinamis.
Hasilnya, jika dalam satu grup hanya terdapat satu tim unggulan, persaingan dalam grup tersebut akan intens sampai pertandingan terakhir. Sebaliknya, persaingan dalam sebuah grup akan terasa lebih santai, jika terdapat satu tim unggulan, dan satu tim yang jadi lumbung poin.
Menariknya fenomena ini menunjukkan, untuk bisa bersaing dalam sebuah kompetisi, sebatas "bisa mengimbangi" saja kadang tak cukup. Perlu ada upaya meningkatkan level secara serius, termasuk dalam hal strategi dan kemampuan, antara lain dengan rutin bertanding menghadapi lawan yang kompetitif.
Dengan demikian, level kemampuan tim akan meningkat. Dari yang awalnya jadi bulan-bulanan, jadi bisa mengimbangi, lalu mengalahkan. Prosesnya memang tidak sebentar, tapi jika ditekuni, hasilnya akan nyata.
Mungkin, inilah alasan mengapa persaingan antar tim di Amerika Selatan cukup dinamis, terlepas dari dominasi trio raksasa klasik Brasil-Argentina-Uruguay. Tim-tim yang ada terus berkembang menjadi lebih kuat, karena terbiasa menghadapi lawan kuat. Jadi, tak ada alasan untuk terlalu jumawa saat menang, atau menghujat saat kalah, karena itu hanya akan menghambat perkembangan sebuah tim.