Meski hanya jadi satu-satunya cerita, karena Manchester City sudah dipastikan juara, dan tiga tim peringkat terbawah (Sheffield United, Fulham dan West Brom) dipastikan terdegradasi, ternyata tetap ada drama yang muncul di sini.
Disebut demikian, karena ada tiga tim yang berjuang memperebutkan dua tiket tersisa menuju Liga Champions. Mereka adalah Chelsea, Liverpool, dan Leicester City.
Dari ketiganya, Leicester City sebetulnya berada dalam situasi yang lebih baik. Maklum, tim asuhan Brendan Rodgers ini mampu awet bercokol di papan atas klasemen, dan meraih Piala FA.
Sementara itu, Liverpool dan Chelsea sama-sama mengalami turbulensi. Liverpool akrab dengan masalah cedera pemain, sementara Chelsea sempat tersesat di papan tengah klasemen, dan mengganti pelatih di pertengahan musim.
Tapi, begitu memasuki periode krusial, situasi berbalik Leicester mulai goyah, selagi grafik performa Liverpool dan Chelsea terus membaik.
Situasi ini mencapai titik puncak, tepat di pekan terakhir liga. Saat tekanan harus menang menghampiri The Foxes, mereka terlihat grogi, dan justru harus menelan pil pahit.
Terbukti, saat menjamu Tottenham Hotspur di kandang sendiri, Kasper Schmeichel dkk sempat dua kali unggul lewat sepasang gol penalti Jamie Vardy, yang sempat dibalas Spurs lewat Harry Kane, sang top skor Liga Inggris musim ini.
Tapi, goyahnya konsentrasi di menit akhir harus dibayar mahal. Diawali gol bunuh diri Kasper Schmeichel, yang membuat skor menjadi imbang 2-2, Spurs sukses memanfaatkan kepanikan Si Rubah, dan berbalik unggul 2-4 lewat sepasang gol Gareth Bale.
Kekalahan ini membuat Leicester harus puas finis di posisi kelima klasemen akhir dengan nilai 66. Mereka gagal menggeser Chelsea (nilai 67) yang sebenarnya juga gagal mendulang poin, setelah kalah 1-2 di kandang Aston Villa.
Pada saat bersamaan, dalam situasi yang mirip dengan Leicester City, yakni sebagai tuan rumah, Liverpool mampu tampil percaya diri, dan mampu menang 2-0 atas Crystal Palace. Sadio Mane menjadi bintang di Stadion Anfield, berkat sepasang gol yang dicetaknya.
Hasil ini membuat tim asuhan Juergen Klopp finis di posisi ketiga klasemen akhir, sekaligus memastikan diri lolos ke Liga Champions musim depan. Sebuah capaian istimewa untuk ukuran tim yang akrab dengan masalah cedera.
Capaian istimewa juga ditorehkan Chelsea, karena sejak dilatih Thomas Tuchel, tim asal kota London ini mampu memperbaiki keadaan secara dramatis, dengan sedikit bumbu keberuntungan di pekan terakhir liga.
Ditambah lagi, The Roman Emperor sukses mencapai final Piala FA dan Liga Champions. Tak diragukan lagi, meski sebenarnya datang sebagai opsi darurat, keputusan klub mendatangkan pelatih asal Jerman itu terbukti tepat.
Liga Inggris musim ini memang berakhir kurang mengenakkan bagi Leicester City, karena mereka terpeleset di pekan-pekan akhir. Persis seperti musim lalu.
Tapi, beginilah persaingan di level atas. Hanya ada sedikit tempat untuk romantisme semu, karena kemenangan dan keberuntungan hanya akan memilih mereka yang benar-benar siap dan pantas mendapatkannya.