Bagi para fans Chelsea, musim 2011/2012 adalah sebuah cerita drama "happy ending", karena meski sempat mengalami turbulensi, akibat performa buruk yang berakibat pemecatan pelatih Andre Villas-Boas, mereka mampu meraih gelar Liga Champions (pertama dalam sejarah klub) plus Piala FA bersama Roberto Di Matteo.
Tapi, mereka bisa kembali mengalami kisah serupa di musim ini, dengan situasi yang cukup mirip.
Pertama, The Roman Emperor sempat mengalami turbulensi di paruh pertama musim ini bersama Frank Lampard, pelatih muda yang musim lalu cukup sukses. Akibatnya, sang legenda harus lengser, dan digantikan oleh Thomas Tuchel.
Meski bukan berstatus pelatih ad interim seperti Di Matteo dulu, pelatih asal Jerman ini juga sukses membuat klub tampil lebih solid.
Terbukti, mereka bisa melaju ke babak final Piala FA, dan menantang Real Madrid di semifinal Liga Champions. Di liga, Thiago Silva dkk juga bersaing ketat di papan atas klasemen.
Selain karena lolos ke final Piala FA di Wembley, plot perjalanan mereka di Eropa juga mirip dengan sembilan tahun silam, khususnya di babak perempatfinal dan semifinal.
Dalam perjalanan menjadi juara di Munich sembilan tahun silam, Didier Drogba dkk menyingkirkan klub Portugal (Benfica) di perempat final, dan mengalahkan klub Spanyol (Barcelona) di semifinal.
Secara kebetulan, Chelsea musim ini juga mendepak klub Portugal (FC Porto) di perempat final, dan berhadapan dengan klub Spanyol (Real Madrid) di semifinal.
Situasi ini membuat aroma nostalgia terasa kental. Maklum, sama seperti waktu itu, mereka berstatus tim "underdog" di semifinal Liga Champions, dan harus bersaing ketat di pacuan posisi empat besar liga.
Meski Real Madrid punya profil jauh lebih kinclong, Si Biru bukannya tanpa peluang. Penyebabnya, pasukan Zinedine Zidane sedang mengalami krisis cedera pemain belakang.
Krisis El Real belakangan juga makin gawat. Federico Valverde (yang sempat diplot sebagai bek dadakan) juga harus absen karena wajib menjalani isolasi mandiri, setelah diketahui melakukan kontak dengan penderita virus Corona.
Sebelumnya, ada Raphael Varane yang sudah terpapar virus Corona, dan Sergio Ramos yang cedera. Jika Chelsea mampu memanfaatkan situasi ini dengan baik, dan lolos ke final, mereka akan bertemu PSG atau Manchester City, Â klub yang juga dimiliki oleh raja minyak seperti mereka.
Melihat situasinya, bukan kejutan jika mereka akan tampil total di Eropa, sambil mencoba finis setinggi mungkin di liga. Andai klub milik Roman Abramovich ini gagal finis di posisi empat besar Liga Inggris, mereka tetap bisa tampil di Liga Champions, andai mampu jadi juara.
Seperti diketahui, UEFA memberikan tiket lolos otomatis bagi tim juara bertahan Liga Champions. Kebetulan, skenario ini dialami Chelsea sembilan tahun silam.
Tentunya, ini hanya satu kemungkinan, karena Real Madrid sendiri adalah tim tersukses di kompetisi ini. Tapi, aroma nostalgia ini akan jadi satu bumbu yang menarik, terutama jika benar-benar terjadi lagi dengan plot cerita cukup mirip.
Akankah sejarah terulang?