Dalam beberapa laga terakhir, Mohamed Salah dkk memang mencatat performa naik turun, bahkan cenderung jeblok. Mereka bahkan mencatat tiga kekalahan beruntun di Anfield, tempat yang selama ini jadi lumbung poin mereka.
Paling gres, The Kop digasak Manchester City 1-4, Minggu (7/2). Skor ini tercipta, setelah sepasang gol Ilkay Gundogan, dan masing-masing satu gol dari Raheem Sterling dan Phil Foden hanya mampu dibalas penalti Mohamed Salah.
Gundogan bahkan bisa saja mencatat hat-trick, andai penaltinya tak gagal di babak pertama, yang berakhir tanpa gol.
Seperti biasa, duel ini berjalan ketat dan intens. Sampai dua puluh menit terakhir, skor masih 1-1. Tampaknya, laga ini akan berakhir imbang, seperti pertemuan pertama di Etihad Stadium.
Tapi, sepasang blunder Alisson yang melakukan salah oper saat melakukan proses build-up permainan, langsung dihukum City dengan sepasang gol. Otomatis, mental Liverpool ambruk seketika, dan kekalahan tak kuasa dicegah lagi.
Memang, kekacauan Liverpool musim ini sudah dimulai sejak awal musim, saat Virgil Van Dijk terkena cedera lutut parah. Masalah serupa dialami juga dialami Joe Gomez, yang celakanya disusul oleh cedera ligamen engkel Joel Matip.
Masalah ini memang sempat diakali Juergen Klopp, dengan memainkan pemain muda macam Rhys Williams dan Nat Phillips, atau memainkan Fabinho dan Jordan Henderson sebagai bek tengah dadakan.
Belakangan, Liverpool akhirnya bergerak mendatangkan sepasang bek tengah baru, yakni Ben Davies dan Ozan Kabak. Tapi, mereka tidak langsung dimainkan, karena masih beradaptasi dengan klub baru.
Masalahnya, pola permainan tim asuhan Juergen Klopp ini sudah mulai bisa dibaca dan diantisipasi lawan. Alhasil, standar tinggi yang mereka ciptakan terlanjur ambyar.
Masalah kian lengkap, karena Jordan Henderson dkk belakangan kerap hilang konsentrasi di menit akhir, dan membuat kesalahan sendiri. Inilah yang membuat performa tim belakangan jadi jeblok.
Celakanya, pada saat bersamaan, mesin tempur Pep Guardiola dan Manchester City belakangan mulai panas, dan sukses melaju kencang, dengan mulai membuat gap poin cukup jauh di klasemen.
Mereka seolah ingin membalas dendam, atas apa yang musim lalu dilakukan Liverpool di Liga Inggris. Situasi makin menguntungkan, karena tim-tim pesaing mereka harus baku hamtam memperebutkan posisi empat besar.
Jadi, bukan kejutan lagi jika City juara Liga Inggris musim ini, karena mereka bisa menemukan konsistensi, di saat tim lain belum mendapatkannya.
Dengan kekalahan atas City, praktis Liverpool harus melupakan gelar liga, dan bangun dari mimpi indah musim lalu, karena setumpuk masalah baru sudah muncul, dan harus segera diperbaiki.
Dengan segala kekacauan yang terjadi, finis di posisi empat besar saja sudah merupakan satu prestasi. Tapi, untuk sampai ke sana, Si Merah harus lebih dulu memperbaiki grafik jeblok performa mereka belakangan ini, sebelum berbenah di bursa transfer musim panas.
Bisa, Liverpool?