Memang, ini tak lepas dari kebijakan klub era Bartomeu yang terkesan serampangan. Mulai dari transfer pemain, sampai pengelolaan akademi La Masia, semua begitu kacau.
Alhasil, performa dan prestasi klub pelan tapi pasti terus menurun, bersama makin menuanya pemain pilar macam Gerard Pique, Sergio Busquets dan Lionel Messi.
Penurunan ini terjadi, segera setelah Blaugrana mencapai titik tertinggi, saat meraih Treble Winner tahun 2015. Puncaknya terjadi di musim panas lalu, dengan kekalahan 2-8 atas Bayern Munich di Liga Champions, musim tanpa gelar juara, dan saga transfer Lionel Messi sebagai highlight utama.
Tiga momen ini, sudah merangkum dengan sempurna, seberapa besar kekacauan di klub Catalan. Tak heran, desakan agar Bartomeu mundur terus menguat.
Ironisnya, dalam situasi seperti ini, Bartomeu masih saja membanggakan akademi La Masia, yang jelas-jelas mengalami kemandekan dalam beberapa tahun terakhir.
Terbukti, pemain berbakat macam Xavi Simmons saja memutuskan pergi ke PSG. Pemain jebolan La Masia baru mulai diperhatikan lagi, saat Ronald Koeman mulai bertugas di area teknik Nou Camp dengan proyek peremajaan tim.
Di bawah komando pelatih asal Belanda ini, pemain-pemain jebolan La Masia macam Riqui Puig dan Ansu Fati mulai diberi menit bermain. Begitu juga dengan pemain jebolan tim B macam Ronald Araujo (Uruguay).
Mereka, ditambah pemain muda berbakat macam Pedri, Trincao, dan Sergino Dest cukup lancar berpadu dengan pemain senior. Sebuah komposisi yang cukup menjanjikan.
Tapi, kondisi klub saat ini nyatanya sudah terlanjur berantakan. Manajemen yang morat-marit, ditambah kondisi keuangan klub yang terpukul imbas pandemi Corona, membuat upaya perbaikan di era kepelatihan Koeman bak jauh panggang dari api.
Benar, Barca sempat membuat awalan bagus, dengan meraih hasil positif. Sayang, kekalahan 1-3 di El Clasico menjadi penegasan, kalau Barca masih jauh dari kondisi ideal.
Kekalahan atas Real Madrid ini ternyata menghasilkan satu efek domino yang sangat serius. Pada Selasa (27/10, waktu Spanyol), jelang laga melawan Juventus, Bartomeu mundur dari jabatannya. Keputusan ini juga diikuti seluruh anggota dewan direksi klub.
Keputusan ini tentu menjadi satu kabar gembira buat Barcelonistas, yang memang berharap Bartomeu segera mundur. Selain untuk kebaikan tim secara keseluruhan, keputusan ini juga bisa menjadi peluang untuk membuat Lionel Messi mau bertahan di klub sedikit lebih lama.
Melihat situasinya, mempertahankan Si Kutu akan jadi prioritas jangka pendek buat setiap kandidat presiden klub. Selain untuk mengamankan ikon klub, ini juga akan penting secara politis, karena akan memperkuat image positif mereka di mata suporter dan sponsor.
Pengunduran diri Bartomeu dan dewan direksi Barca, memang menjadi akhir sebuah era yang serba morat-marit di berbagai sisi. Tapi, bukan berarti semua kekacauan ini selesai begitu saja.
Malah, di sinilah titik persimpangan Barca. Mereka bisa saja mendapat presiden klub baru yang lebih baik, atau lebih buruk.
Inilah yang akan menentukan, seperti apa masa depan Azulgrana. Satu hal yang pasti, siapapun pengganti Bartomeu, ia akan mewarisi klub yang sedang dalam kondisi amburadul.
Mau dibawa kemana masa depan Barca?