Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Kisah Sebuah Panggung Perpisahan

15 April 2020   00:02 Diperbarui: 15 April 2020   00:30 254 2
Bicara soal Piala Dunia 1990 di Italia, kebanyakan orang, biasanya akan langsung menyebut sejumlah momen terkenal, yang menghiasi turnamen ini.

Ada yang mengingat momen kejayaan Jerman arahan Franz Beckenbauer. Ada yang mengingat aksi "goyang bahu" Roger Milla (Kamerun). Ada juga yang mengingat momen sedih Paul Gascoigne (Inggris).

Semua momen itu, dan berbagai momen lain yang turut mewarnainya, turut mengisi ingatan pecinta sepakbola dari waktu ke waktu.

Tapi, diantara semua momen itu, ada satu catatan sejarah cukup menarik. Dimana, turnamen ini menjadi satu panggung perpisahan, bagi satu regulasi lawas, dan tiga negara Eropa Timur. Uniknya, turnamen ini sekaligus menjadi penampilan penutup Jerman Barat.

Secara regulasi, Piala Dunia 1990 menjadi "panggung perpisahan" untuk sistem poin gaya lama. Dimana, nilai sebuah kemenangan masih dua poin. Sistem ini menciptakan tren bermain defensif, dan mencapai puncaknya di turnamen ini.

Tak heran, kritik muncul dari berbagai pihak. Alhasil, FIFA lalu mengubah nilai poin kemenangan bukan hanya dua, tetapi tiga. Di Piala Dunia, aturan tiga poin ini mulai berlaku pada Piala Dunia edisi 1994 di Amerika Serikat hingga kini.

Di sisi lain, Piala Dunia 1990 menjadi panggung perpisahan tiga negara Eropa Timur, yakni Uni Soviet, Cekoslovakia, dan Yugoslavia.

Seperti diketahui. Uni Soviet bubar di tahun 1991, disusul Yugoslavia tahun 1992. Sementara itu Cekoslovakia bubar di awal tahun 1993.

Meski begitu, cerita kiprah mereka di Italia agak berbeda. Uni Soviet yang datang sebagai tim finalis Piala Eropa 1988 justru babak belur di fase grup. Dari tiga kali bermain, tim Beruang Merah selalu kalah dengan kebobolan dua gol, yakni versus Argentina (kalah 0-2), Romania (0-2) dan Kamerun (1-2).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun