Selebihnya, tim asuhan Jurgen Klopp ini sibuk melepas, menjual, atau meminjamkan pemain. Untuk pemain yang dilepas, ada Alberto Moreno, Daniel Sturridge, Adam Bogdan, dan Connor Randall. Mereka sama-sama dilepas karena habis masa kontrak. Sementara itu, Danny Ings dan Rafael Camacho sama-sama dijual, masing-masing ke Southampton dan Sporting Lisbon (Portugal).
Di sisi lain, Si Merah juga "menyekolahkan" pemain muda mereka ke klub lain, demi menambah menit bermain. Ada Sheyi Ojo (dipinjamkan ke Glasgow Rangers, tim asuhan Steven Gerrard), Marko Grujic (Hertha Berlin), Kamil Grabara (Huddersfield Town), dan Allan Rodrigues (Fluminense). Daftar ini masih akan bertambah, seiring rencana Jurgen Klopp untuk meminjamkan Ryan Kent dan Ben Woodburn ke klub lain.
Jika merujuk pada status Liverpool sebagai tim juara Liga Champions musim lalu, sebenarnya mereka bisa saja sibuk berbelanja pemain bintang, dan tak sulit untuk mendaratkan mereka. Bagaimanapun, kesuksesan Liverpool meraih trofi juara Eropa musim lalu adalah satu daya tarik tersendiri. Pertanyaannya, mengapa mereka kini malah cenderung pasif?
Jawabannya adalah, Liverpool mendapat suntikan tenaga baru, berupa sepasang pemain muda potensial jebolan akademi klub, dan seorang gelandang serang yang baru saja pulih dari cedera panjang. Mereka adalah Harry Wilson (19), Rhian Brewster (19), dan Alex Oxlade-Chamberlain. Kebetulan, ketiganya merupakan pemain di posisi lini serang, lini yang memang tinggal butuh sedikit tambahan.
Secara khusus, Wilson yang berposisi sebagai gelandang serang masuk rencana taktik Klopp, setelah dirinya musim lalu tampil bagus bersama Derby County di bawah asuhan Frank Lampard (kini pelatih Chelsea). Ia bahkan hampir saja membawa The Rams promosi ke Liga Premier Inggris, andai tak kalah dari Aston Villa di final play-off.
Sementara itu, Rhian Brewster dan Alex Oxlade-Chamberlain sama-sama memulai perjalanan musim ini dalam kondisi bugar pascacedera. Di musim lalu, keduanya menjalani masa pemulihan cedera cukup lama. Brewster sempat mengalami cedera engkel dan lutut, sementara Ox mengalami cedera ligamen lutut sejak akhir musim 2017/2018. Alhasil, porsi tampil mereka di tim utama Liverpool sangat terbatas.
Menariknya keberadaan trio pemain asal Inggris ini seolah menegaskan, Klopp akan mulai lebih memberdayakan pemain muda jebolan akademi Liverpool, sambil memaksimalkan materi pemain yang sudah ada. Kalaupun ada pemain yang akan dibeli, Klopp tak akan ugal-ugalan berbelanja pemain baru.
Untuk kasus memberdayakan pemain muda jebolan akademi klub, Klopp memang dikenal punya catatan bagus. Di Liverpool, pelatih asal Jerman ini sukses mengorbitkan Trent Alexander-Arnold (20) yang saat ini merupakan bek kanan andalan Liverpool, dan mulai rutin dipanggil Timnas Inggris.
Sebelumnya, Klopp juga sukses mengorbitkan Ilkay Gundogan dan Mario Gotze saat melatih Borussia Dortmund. Jadi, tak mengherankan jika pendekatan serupa akan coba dilakukan Klopp di Liverpool jelang dimulainya musim 2019/2020.
Sekilas, langkah yang dilakukan Klopp ini membuat Liverpool terlihat "pelit" dalam hal berbelanja pemain. Tapi, jika melihat materi pemain yang sudah ada saat ini, terlalu riskan jika merombaknya secara drastis, karena dapat merusak soliditas tim yang sudah terbangun. Jadi, mempromosikan produk akademi Liverpool adalah cara paling masuk akal. Lagipula, di masa lalu, akademi Liverpool pernah sukses mengorbitkan pemain macam Steven Gerrard dan Jamie Carragher.
Selain itu, kebijakan ini dapat menjadi satu investasi jangka panjang Liverpool, mengingat usia mereka (dalam hal ini Brewster dan Wilson) masih muda. Dengan sedikit polesan dari Klopp dan tambahan pengalaman bertanding secara konsisten di kompetisi level atas, mereka bisa menjadi pemain kunci The Anfield Gank di masa depan.
Menariknya, manuver pasif Liverpool di bursa transfer musim panas kali ini membuktikan, belanja pemain "jadi" secara jor-joran bukan satu-satunya cara memperkuat tim. Malah, itu hanya langkah pertama untuk membangun pondasi tim secara cepat.
Karena jika pondasi tim sudah cukup kuat, langkah berikut yang harus dilakukan adalah memberdayakan pemain muda jebolan akademi klub secara kontinyu, untuk dijadikan pemain bintang di masa depan. Jika sudah sampai di tahap ini, pembangunan dalam sebuah tim bisa dibilang berhasil. Meraih trofi juara pun tinggal masalah waktu.
Apakah manuver pasif Liverpool ini berbuah manis?