Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Arthur Irawan, Dulu dan Kini

29 Juli 2018   23:09 Diperbarui: 29 Juli 2018   23:04 1943 1
Bicara soal Arthur Irawan (25), kata ironis boleh jadi bisa menggambarkan, bagaimana perjalanan kiprah pemain asal Surabaya ini. Ironi ini muncul, karena ia punya nasib bertolak belakang, antara karir bermainnya di level junior dan level senior.

Di level junior, Arthur tampak sangat menjanjikan. Memulai karir junior di sekolah sepak bola Manchester United, lalu berlanjut ke Lytham Town (tim amatir Liga Inggris), Arthur menjadi satu dari sedikit pemain lokal Indonesia, yang berkesempatan bermain di Divisi Segunda B La Liga Spanyol. Kesempatan ini didapat Arthur, setelah dirinya dikontrak Tim B Espanyol tahun 2011. Di sini, ia sempat bermain di bawah arahan Mauricio Pochettino (kini pelatih Tottenham Hotspur), dan menjadi rekan setim Eric Bailly (kini di Manchester United).

Tapi, perkembangan Arthur di Espanyol cenderung stagnan. Ia hanya mencatat total 22 penampilan, sebelum akhirnya dilepas ke tim B Malaga di awal tahun 2014. Sialnya, perkembangan karir bermain Arthur sudah terlanjur mandek, dengan dirinya hanya mampu tampil sebanyak 6 kali, sebelum akhirnya dilepas ke Waasland Beveren (Belgia), pertengahan tahun 2014.

Sekilas, kepindahan ini adalah satu langkah maju. Karena, Beveren adalah klub kompetisi kasta tertinggi Liga Belgia. Tapi, ternyata situasi tetap tak membaik buat Arthur, dengan dirinya hanya mampu tampil sebanyak 1 kali selama dua musim di Belgia.

Karir bermain Arthur di Eropa praktis berakhir, setelah pada awal musim gelaran kompetisi Liga 1 2017, dirinya pindah ke Persija Jakarta. Dengan CV-nya sebagai eks pemain tim B Espanyol dan Malaga, harapan sempat muncul. Tapi, harapan tinggal harapan, setelah dirinya gagal tampil sesuai harapan di Persija. Bahkan, ia tampak begitu kesulitan bersaing di tim Macan Kemayoran. Terbukti, dirinya hanya mampu mencatat total 1 penampilan bersama Persija.

Alhasil, Persija lalu meminjamkan Arthur ke Borneo FC, di paruh kedua Liga 1 musim 2017, untuk memberinya pengalaman bermain lebih banyak. Tapi, lagi-lagi Arthur gagal total, setelah dirinya hanya mampu tampil 2 kali bersama tim Pesut Etam. Akibatnya, Arthur dilepas Persija di akhir musim.

Harapan sebenarnya kembali didapat Arthur, di Liga 1 musim ini, setelah dirinya dikontrak Persebaya Surabaya, klub kota asalnya, yang kebetulan baru saja promosi. Tentu saja, dari sisi adaptasi, tak akan ada kendala berarti buatnya. Tapi, ternyata Arthur masih saja kalah bersaing di lini belakang Persebaya. Bahkan, ia gagal mencatat satu pun penampilan di kompetisi resmi bersama Bajul Ijo, sebelum akhirnya dilepas, pada Minggu (29/7).

Kisah tragis Arthur Irawan di usianya saat ini, mengingatkan kita pada sosok Syamsir Alam, mantan "wonderkid" sepak bola nasional, yang juga bernasib serupa, layu di usia matang sebagai pesepakbola. Tragis memang. Tapi, kasus Syamsir Alam dan Arthur Irawan, kiranya dapat menjadi satu pelajaran berharga, tentang pentingnya menit bermain bagi pemain muda, dibanding nama besar klub (dan kompetisi). Karena, tanpa menit bermain yang cukup, seorang pesepakbola tak ubahnya tanaman yang kurang gizi, ia hanya akan layu sebelum berkembang, dan merana, sebelum semuanya benar-benar berakhir.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun