Damai di sini tak bertahan lama ketika aku mulai berjalan keluar dari komplek biara Mother Terresa House. Suara klakson yang bersahut-sahutan sudah mulai kembali terdengar nyaring. Baru saja jalan beberapa langkah aku sudah dikerubungi oleh para pengemis cilik yang memohon derma. Bukannya aku pelit atau tidak berprikemanusiaan, kala itu aku tidak memberi satu koin rupee pun kepada mereka yang mengulurkan telapak tangannya kepadaku, walau sebenarnya aku dilema antara ingin memberi atau tidak kepada mereka para pengemis cilik yang berparas tanpa dosa.
KEMBALI KE ARTIKEL