Teringat perkenalan pertama Sharapova dengan pecinta tenis dunia. Kemenangan dramatis dia di ajang bergengsi WTA Wimbledon. Serena menjadi korban.
Sharapova kala itu masih berumur 17 tahun. Sesungguhnya tidak diunggulkan dibanding Serena. Dia tampil sebagai bintang muda yang mengejutkan karena keberhasilannya menapaki final.
Di luar dugaan, Sharapova berhasil menampar Serena dengan skor 6-1 6-4. Dia menjadi pemenang termuda ketiga di ajang tersebut dan menjadi orang Rusia pertama yang menggondol gelar itu.
Apa yang menyebabkan Serena tidak berkutik? Padahal, jika dibandingkan power dan speed yang dimiliki Serena, Sharapova sepertinya masih kalah jauh. Serena memiliki power, dengan pukulan bertenaga yang mematikan. Dia juga cepat dalam menyongsong datangnya bola.
Ah, Sharapova kala itu memang tampil seksi. Bukan cuma memiliki wajah cantik, tetapi juga pukulan dan pengembalian yang mengundang decak kagum. Serena mati langkah.
Dalam beberapa kali pengembalian dan penempatan bola, Sharapova meletakkan bola itu persis beririsan dengan pinggir garis. Seolah-olah bola itu bakal keluar lapangan dengan terlebih dahulu menyentuh garis.
Dengan cara itu, kekuatan dan kecepatan yang dimiliki Serena tidaklah menjadi berarti. Dia malah dibuat kelabakan dan sulit mencerna ke mana arah bola Sharapova.
Setelah dua kemenang pada 2004, kelebihan Sharapova itu nampaknya hilang. Dia tidak lagi menampilkan keseksiannya dalam menempatkan bola. Bahkan, terlalu mudah untuk Serena yang bertenaga dan cepat itu mengembalikan bola pada wilayah yang sulit untuk dijangkau Sharapova.
Sejak saat itu, Serena tidak lagi takut berhadapan dengan Sharapova. Pukulan dan pengembalian bola Sharapova menjadi seperti permen yang empuk untuk dikunyah.
Kini, dalam posisi 13 kemenangan untuk Serena dan 2 kemenangan untuk Sharapova, keduanya kembali bertemu di semifinal WTA Brisbane, Australia.
Banyak yang sudah bisa menduga, pertemuan ini bakal mudah untuk Serena. Kendati demikian, bentrok keduanya tetap menarik. Selain keduanya adalah petenis peringkat elite, dendam si jelita Sharapova terhadap Serena barangkali telah menggebu-gebu.
Sharapova tentunya tidak ingin dipecundangi lagi. Sebaliknya, Serena adalah singa betina tua yang tetap galak dan ambisius. Apakah Sharapova mampu membalikkan keadaan, sama seperti pada 2004 lalu?
Di antara ambisi dan nama besar, keduanya juga bakal bertarung soal lenguhan - mana teriakan yang paling enak untuk diresapi - di samping rok mini yang sesekali tersingkap.(*)