"Aku sangat mencintaimu, berbahagialah tanpaku". Kata-kata itu selalu berdengung dikepalaku, Â setiap saat rasanya kepalaku ingin pecah. Sesekali aku juga kehilangan arah, "Sakit, rasanya sakit, apa - apaan ini? Aku tidak bisa lagi menahannya". Aku merasakan tubuhku perlahan kehilangan kendaliku dan sesuatu sepertinya menghantam kepalaku. Yah, kurasa aku jatuh pingsan malam itu dan kini aku terbangun disebuah tempat yang gelap, "Dimana aku?, tempat apa ini?, apakah ada seseorang disekitar sini?". Sesekali aku berteriak menunggu jawaban namun, sayangnya tiada satupun jawaban yang aku dapatkan.
Lelah rasanya berjalan tanpa arah, "Sebenarnya kemanakah aku harus pergi?", tanyaku pada diri sendiri.
"Albertt!!", kudengar suara lembut dan manis memanggilku dan seorang gadis cantik membawa sinar lampu menghampiriku. Dia terlihat familiar untukku, tapi aku benar-benar tidak ingat, "Siapakah dia?, mengapa dia tau namaku?". Aku terdiam sesaat memikirkan itu.  Tanpa pikir panjang gadis itu menarik tanganku dengan tangannya yang lembut,  mengarahkan ku ke sebuah gubuk kecil yang sederhana. Aku diminta untuk duduk dan merilekskan  tubuhku didepan perapian, dan kurasa karna kelelahan aku pun tertidur.
Keesokan paginya, aku terbangun dan melihat gadis itu sedang memasak. Aku beranjak bangun dan menghampirinya, "Permisi, bolehkah aku bertanya?". Wanita itu menoleh ke arahku sembari tersenyum manis dan menjawab pertanyaanku, "Kau sudah bangun?.  Tentu, apa yang ingin kau tanyakan?". Aku sedikit ragu untuk bertanya padanya. Namun, ku beranikan diriku untuk bertanya,  "Siapakah namamu?, dan mengapa kamu menolongku?". Sembari tersenyum gadis itu berkata, "Kamu akan tau sendiri nanti". Mendengar  perkataannya begitu, aku tidak mau lagi bertanya terlalu banyak kepadanya, tapi aku yakin dengan perlakuannya yang baik padaku dia tidak akan memiliki niat yang buruk kepadaku.
Tak kusangka ternyata aku sudah menghabiskan banyak waktu bersamanya, aku sangat senang berada disisinya, dan terlalu senang memperhatikannya sampai - sampai aku lupa bahwa waktu terus berjalan, hingga pada saat sore hari tiba, gadis itu menghampiriku. "All, maukah kamu menemaniku ke pantai?. Aku ingin melihat matahari terbenam". Aku tidak tau apa yang kurasakan, jantungku berdebar kencang seakan - akan menarik ku untuk pergi bersamanya. Kemudian, Â ku putuskan untuk ikut bersamanya, Â "Baiklah,ayo kita pergi".
Sesampainya di pesisir pantai, Â kulihat mata gadis itu berbinar menyaksikan indahnya matahari terbenam, dan tanpa kusadari, aku telah memperhatikannya cukup lama sehingga dia menoleh ke arahku. "Hei, Allbert, apakah kamu tau?". Aku merasa terkejut karna dia bertanya secara tiba - tiba padaku, Â jadi aku sontak menjawab dengan sedikit gugup, "A..apa?, apa yang kau maksud?". Gadis itu tetap menatap ke arahku hingga akhirnya dia berkata kepadaku, "Didunia ini..., tidak ada hal yang abadi bukan?". Â Aku hanya terdiam membeku tidak tau apa yang harus aku katakan. Â Setelah melihatku terdiam, gadis itu kembali meneruskan ucapannya, Â "Semua orang dapat saja pergi darimu, entah kemarin, maupun sekarang. Atau mungkin pada masa yang akan datang, namun jangan selalu melihat kebelakang, aku tau tidak semua orang itu senang dilupakan, tapi semua orang pasti akan senang jika seseorang yang sangat ia cintai dapat melanjutkan hidup dengan bahagia meskipun tanpa kehadiran dirinya disampingnya, begitupun dengan aku Allbertt..". Sehabis mengatakan itu kepadaku, gadis itu mulai berjalan mendekati air laut untuk menyentuhnya, aku memandanginya dengan perasaan yang aneh. Aku senang karna dia terlihat sangat cantik dibawah sinar matahari yang berwarna jingga, tetapi aku juga merasakan kesedihan. "Perasaan apa ini? mengapa aku begitu gelisah", Â hingga akhirnya aku mengingat dan menyadari sesuatu. "Eliciaa!". Gadis itu menoleh ke arahku sembari tersenyum, dan kulihat matanya semakin berbinar sehingga meneteskan air dari matanya. Tanpa pikir panjang, aku langsung memeluknya sembari berbisik kepadanya, "Elicia..Aku sangat merindukanmu sayang..". "Aku juga sangat merindukan dirimu, mulai saat ini, buatlah aku bahagia, meskipun aku tidak ada di sampingmu, tapi jalanilah hidupmu sebaik - baiknya, sebahagia - bahagianya, karna itu yang kuinginkan". Belum sempat aku membalas ucapannya, tubuhnya telah menghilang menjadi cahaya terang yang terbang keatas langit.
Aku menutup mataku kembali, dan saat aku membukanya, aku merasakan adanya cahaya yang begitu terang hingga kusadari aku sedang berada didalam ruangan oprasi dengan sinar lampu yang sangat terang mengarah kepadaku.
Ternyata aku baru sadar dari koma yang telah berlangsung selama hampir dua bulan, dan aku juga menyadari bahwa yang menyelamatkanku dari kematian adalah, Elicia, kekasihku yang telah kembali ke pelukan Tuhan.
Hari ini sudah satu tahun lamanya sejak kepergian kekasihku, aku sangat terpukul dengan kepergian kekasihku, terlebih lagi aku merasa sangat bersalah karna mengajaknya untuk pergi bermain ke laut yang tanpa aku ketahui ternyata kekasihku menderita penyakit dekompresi dan saat sampai dirumah sakit, kekasihku sudah kehilangan nyawanya. Aku mengalami depresi, hampir satu tahun aku menghabiskan waktuku untuk mabuk - mabukan hingga akhirnya, aku mengalami kecelakaan karna terlalu mabuk yang menyebabkan diriku harus berada di rumah sakit, mengalami koma karna cedera di kepala. Sekarang, aku sudah sembuh dari koma, pertemuan terakhirku dengan kekasihku membawa pengaruh besar pada kehidupan baruku. Aku yakin dia akan bahagia jika aku menjalani hari - hariku dengan baik tanpa selalu melihat kebelakang,dan meskipun aku menjalani hari hari bahagia setelah ini, "Aku tidak akan pernah melupakanmu,Elicia..".