Alih-alih memamerkan capaian partainya, pidato politik Megawati diisi dengan kritik keras terhadap aparat yang dinilainya tidak bertindak dengan baik. Selain soal pemukulan simpatisan Ganjar-Mahfud, Megawati juga mencontohkan adanya ketua RT yang diintimidasi.
"Emangnya rakyat mau kamu pentungi hah? Penjajah boleh kamu tembak, tapi kalau rakyat no, no, no," kata Megawati, Selasa (10/1/2022) di hadapan sejumlah kader PDIP dan ramu undangan termasuk Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Megawati mengungkapkan, ada kegelisahan di tengah masyarakat yang diintimidasi oleh oknum aparat negara. Hal itu terjadi karena ada ada upaya menjadikan pemilu sebagai ajang untuk melanggengkan kekuasaan.
Dalam pidato politik yang diberi judul "Satyam Eva Jayate" yang berarti kebenaran pasti menang, Megawati mengingatkan agar TNI, Polri dan ASN netral. "Emangnya pelor mau ditembakkin ke rakyat?"
Megawati juga menyinggung pentingkan etika dan kepintaran dalam memimpin negara dengan penduduk 270 juta orang lebih.
Jika melihat kondisi saat ini, di mana sejumlah lembaga survei menempatkan pasangan Ganjar Pranowo -- Mahfud MD yang diusung PDIP, di posisi buncit, sikap Megawati sangat mungkin sebentuk kekecewaan.
Terlebih Presiden Joko Widodo, salah satu kader terbaik PDIP, telah terang-terangan mendukung paslon diluar yang telah diputuskan oleh Megawati. Bahkan Jokowi tidak hadir dalam acara peringatan HUT PDIP.
Benar, Presiden Jokowi memiliki agenda kerja ke Filipina. Tetapi, jika ada niat untuk menghadiri peringtan HUT PDIP, tentunya agenda kegiatannya yang sudah disusun jauh hari sebelumnya, akan mengikuti. Bukankah di tahun-tahun sebelumnya Jokowi selalu bisa hadir meski memiliki kesibukan luar biasa?
Terlebih sebelumnya Jokowi juga menyempatkan diri menemui para ketua umum partai pengusung pasangan Prabowo Subianto -- Gibran Rakabuming Raka. Meski dilakukan di hari libur, tetap saja sulit untuk menghindari anggapan ketidakhadiran Jokowi dalam acara HUT PDIP terkait adanya perbedaan pilihan politik dengan Megawati.
Persoalannya, apakah kritik keras Megawati kepada TNI, juga Polri, dapat membantu menaikkan elektabilitas Ganjar -- Mahfud? Atau justru menjadi blunder?
Seperti sering diungkap oleh lembaga survei, dan diserukan kembali oleh Megawati, basis pemilih PDIP adalah wong cilik, kelas menengah ke bawah baik secara ekonomi maupun pendidikan.
Kelompok ini memandang prajurit TNI dengan kaca mata heroisme. Kekaguman mereka terhadap anggota TNI Â lebih tebal dibanding kelompok masyarakat kelas menengah ke atas.