Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Kembali kepada Kesederhanaan

25 Desember 2020   06:33 Diperbarui: 25 Desember 2020   06:35 189 9
Rasa-rasanya baru Natal tahun ini yang memiliki tingkat relevansi paling tinggi dengan kisah kelahiran Yesus Kristus di palungan. Sebuah cerita tentang penantian dan asa akan hadirnya sang juruselamat di tengah carut marutnya kondisi dunia.

Harapan yang kita tahu masih dan pasti ada, tapi terkadang juga terdistorsi oleh gempuran realita yang menggoyahkan iman.

Kita lantas dituntut untuk menjadi orang majus pada kisah kelahiran Yesus, yang percaya akan janji pada sebuah titik tuju yang tidak diketahui pasti. Sulit, tapi kita tahu Tuhan pasti tepati.

Namun lebih dari itu, 2020 dengan bonus pandeminya berhasil mengembalikan makna dan esensi dari Natal itu sendiri.

Ya, Natal yang sejatinya berbicara tentang kehangatan di tengah kesederhanaan. Bukan kemegahan semu yang hanya sekadar meninggalkan cerita selebrasi alih-alih menancapkan makna cinta dan kasih di dalam hati.

Keluarga kini kembali menemukan kehangatannya. Walau hanya satu dua lauk di atas meja makannya, doa bersama menjadi menu utamanya.

Sahabat kini kembali bisa merasakan rindu yang dulu jarang menggebu akibat sulitnya waktu bertemu. Bertatap muka jadi berharga karena bercanda di dunia maya jadi biasa.

Gereja kini menemukan kerendahan hatinya. Melayani dengan tulus semua jemaatnya walau tidak bisa saling sapa. Tak ada lagi perayaan mewah yang menguras kantung, karena yang terpenting jaringan internet tidak mutung saat melakukan siaran langsung.

2020 pada akhirnya menyadarkan kita akan makna kedamaian dalam kesederhanaan. Menyadarkan kita bahwa kerendahan hati adalah senjata utama dalam menghadapi ketidakpastian.

Bersyukurlah sebagaimana kita ada pada hari ini. Tersenyumlah dan percayalah bahwa Tuhan masih dan terus ada walaupun kondisi dunia kerap mengizinkan kita untuk meneteskan air mata.

Karena selalu ada secercah sinar terang untuk kita menatap masa depan yang penuh harapan. Sinar yang sama dengan apa yang dilihat orang majus ribuan tahun silam. Sinar yang menyertai perjalanan panjang ke ujung jalan yang tak diketahui.

Sinar yang pada akhirnya kita sebut dengan Imanuel. Allah beserta kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun