Teknologi terus berkembang dengan pesat, dan salah satu inovasi terbaru yang diprediksi akan mengubah berbagai sektor, termasuk pendidikan, adalah metaverse . Konsep metaverse, yang merujuk pada dunia virtual imersif di mana pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan digital dan sesama pengguna dalam bentuk avatar, berpotensi merevolusi cara manusia belajar dan berinteraksi di dunia pendidikan. Dengan kemampuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, metaverse menawarkan peluang untuk menggantikan sekolah-sekolah konvensional yang selama berabad-abad menjadi pusat pendidikan formal. (SpringerLink)
Kalian tahu game The Sims? Bayangkan jika sekolah kita berubah seperti itu. Bukankah ini adalah inovasi yang keren dan patut dipertimbangkan? Kita masih bisa berinteraksi dengan teman-teman dan guru meskipun berada dalam dunia metaverse. $ Pendidikan$ Â juga bisa didapatkan dengan cara yang mungkin lebih baik. Namun, apakah metaverse benar-benar bisa menggantikan sekolah konvensional? Dan apa implikasinya bagi masa depan pendidikan? Artikel ini akan membahas secara mendalam peran metaverse dalam menggantikan pendidikan tradisional, manfaat yang ditawarkannya, serta tantangan yang harus dihadapi.
Pembahasan
Sekolah berbasis metaverse memungkinkan siswa untuk menghadiri kelas dari mana saja di dunia, menggunakan avatar digital mereka. Lingkungan belajar bisa berupa ruang kelas virtual, laboratorium simulasi, atau bahkan dunia-dunia baru yang dirancang khusus untuk pengalaman pembelajaran tertentu. Misalnya, siswa dapat melakukan eksperimen kimia di laboratorium virtual tanpa risiko, mengunjungi bangunan bersejarah dalam bentuk digital, atau mengikuti simulasi fisika yang interaktif.
Keunggulan Metaverse dalam Menggantikan Sekolah Konvensional:
 1. Akses Fleksibel dan Global
Salah satu keunggulan utama pendidikan berbasis metaverse adalah akses yang lebih luas. Sekolah tidak lagi terbatas pada lokasi geografis. Siswa di daerah terpencil atau negara berkembang bisa memiliki akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan berkualitas tinggi seperti siswa di kota besar. (ar5iv)
2. Menghindari Risiko Bullying dan Bahaya Fisik di Sekolah