Saya lahir dan besar di Indonesia. Ada darah Tionghoa dan sedkit darah Jawa mengalir dalam tubuh saya. Hanya nenek dari ayah dan  nenek buyut dari ibu yang  orang Jawa, tetapi saya lebih tahu tradisi dan budaya Jawa. Panggilan Cina tidak terlalu mengganggu karena kami menggunakan kata itu untuk bercanda dengan teman-teman. Seringkali teman-teman menyebut saya Cina palsu karena kulit tidak putih, mata tidak terlalu sipit dan tidak bisa bahasa Mandarin atau bahasa daerah Tionghoa sama sekali. Kalau sedang di pasar atau toko, dan penjual menyebut harga dalam bahasa Tionghoa, saya sama sekali tidak mengerti berapa harga yang dimaksud. Ada pengalaman lain ketika saya dan teman-teman jalan-jalan di pasar, para penjual memangil saya "mbak", sedangkan teman saya yang asli 100% orang Jawa dipanggil "cik".  Kami pun mentertawakan hal-hal seperti ini.
KEMBALI KE ARTIKEL