Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Jagung Bakar dan Poco Poco Saat Gulita di Dobo

10 Juli 2023   00:16 Diperbarui: 10 Juli 2023   01:41 149 2
Pet! Tetiba listrik padam.

"Yah!" teriak kecewa para tetamu di sebuah hotel di Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku.

Sontak suasana menjadi riuh.

Segera kuraih HP dan menyalakan senter untuk penerangan. Aku keluar kamar.

Suasana nampak romantis, lantaran di selasar hotel menyala lilin-lilin kecil. Aku sedikit terperangah dengan situasi ini.

Kerlip puluhan lilin disapu sepoi angin malam Laut Arafuru. Sayup-sayup terdengar di tambur telinga petikan gitar.  

"Silakan menuju taman di dekat lobby, Kak!" seorang pegawai hotel mengarahkan langkah kakiku.

Rasa penasaranku muncul. "Ada acara apa?" tanyaku.

"Biasa, Kak, setiap malam, kalau listrik padam, kami adakan acara kumpul-kumpul di taman sambal makan jagung bakar dan bernyanyi bersama," ucap si pegawai hotel.

"O gitu!" jawabku singkat.

Penasaran, aku pun bergegas menuju taman, tak jauh dari lobby hotel. Suasana temaram. Hanya beberapa lampu menyala. Rupanya hotel ini punya genset, namun kemampuannya terbatas.

Sekitar 20 orang meriung di taman. Beberapa aku kenal. Karena memang kami rombongan dari Jakarta, yang kebagian menginap di hotel ini.

Asap bau bakaran jagung mulai menusuk hidung. Di sebelah bakaran jagung, beberapa orang memainkan gitar.

Seorang pegawai hotel yang nampak sudah senior maju di tengah taman.

"Selamat malam, Bapak dan Ibu. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Hampir setiap malam, listrik di sini padam bergiliran. Biasanya kami dapat giliran jam 8 sampai 11 malam. Sekali lagi mohon atas ketidaknyamanan ini," ucapnya ramah dengan logat khas Maluku.

"Kami tidak bisa memberikan kompensasi apapun atas ketidaknyamanan ini. Kami hanya bisa menyediakan acara makan jagung bakar sambal mendengarkan lagu-lagu khas Indonesia timur," imbuhnya.

Sesudah pegawai hotel yang nampak sudah senior itu selesai, suara gitar nampak mengeras. Temponya pun dipercepat. Nampak beberapa orang turun ke tengah taman, mulai menari Poco Poco.

Setelah mendengarkan penjelasannya dari si pegawai hotel yang nampak sudah senior itu, aku jadi teringat tempelan kertas di dalam kamar.

Selain memuat beragam aturan dan ketentuan di hotel itu, ada tulisan, "Mohon maaf, jika listrik padam pada malam hari".

Aku pun manggut-manggut paham sembari menikmati jagung bakar.

Malam itu di tengah temaram lampu dan embusan angin malam Laut Arafuru, aku menikmati jagung bakar dan tarian Poco Poco.

Inilah pengalamaku 14 tahun silam di sebuah kota yang baru berbenah menjadi ibu kota di sebuah kabupaten di wilayah Indonesia timur.

Masih ada beragam keterbatasan di daerah ini kala itu. Air bersih, sinyal HP, fasilitas umum, dan termasuk layanan kebutuhan energi listrik.

Tapi, hotel tempatku menginap bisa dengan sigap dan tertata beradaptasi dengan segala keterbatasan itu.

Bahkan, mereka bisa mengubah sebuah keterbatasan menjadi pertunjukkan layanan yang penuh dengan keramahan.

Dan layanan itu rupanya meninggalkan jejak kenangan yang kini aku bagikan di sini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun