Entah kenapa, pagi itu ada suara riuh rendah, nampaknya mereka sedang meributkan bagaimanakah caranya menebang pohon beringin yang usianya sudah puluhan tahun itu. Berhari-hari mereka mengadakan istilahnya sayembara.
Ada yang memakai gergaji mesin, tetapi toh nyatanya juga tidak bisa. Ada yang menang di pengalaman tebang menebang pohon, itu juga tidak bisa. Ada yang memakai jampi-jampi, dan tidak juga bisa.
Seperti dalam cerita-cerita umum, selalu saja ada hero-nya. Dan memang ada seorang murid yang sederhana, ia hanya membawa kampak kecil, sebelum menebang pohon beringin itu ia berdoa sejenak. Dan setelah berusaha keras. Pohon itu tumbang juga. Murid itu bersahaja sekali, tidak ingin di puja, tidak ingin menyombongkan diri, tidak ingin ketenaran.
BRAKKKKK!!!! Pohon itu tumbang, kemudian murid itu mengucap syukur, "Alhamdulillah yah! Itu sesuatu bangettt...."
Tanpa dinyana, murid itu di sanjung-sanjung dimana-mana, beritanya cepat menyebar secara luas di segenap penjuru masyarakat. Psikologisnya mulai berubah, yang tadinya rendah hati, menjadi congkak, yang tadinya sederhana menjadi mau ini, mau itu... Dia merasa dirinya yang paling hebat lah.
Kemudian di lain kesempatan, ia diminta lagi untuk menebang pohon yang usianya puluhan tahun, ia tidak bisa lagi, segala usahanya sia-sia, pohon itu tak mau tumbang, dan malahan senjata yang digunakan untuk menebang patah. Ia menjadi panik, kenapa dulu saya bisa, kok sekarang tidak bisa.
Masyarakat mulai menyangsikan kehebatannya, ia jadi depresi.
Lantas, ia menemui gurunya untuk mengoreksi ulang barangkali ada sikapnya yang tidak baik... Setelah bertemu gurunya, gurunya hanya mengatakan beberapa kata saja,
"Setelah mendapatkan ketenaran, kamu menjadi angkuh.
Setelah mendapatkan materi, kamu menjadi lupa daratan.
Setelah kamu mendapatkan segalanya, kamu lupa bagaimana kamu dahulunya.
Istighfar yah! Itu sesuatu bangettt...."
Muridnya berseloroh... "Guru ini... huuufftt... Syahrani bangettt..."