"Wong Jowo, Ojo Ilang Jowone". Ungkapan ini sering didengar oleh masyarakat Jawa, termasuk saya. Kalimat tersebut memberi maksud dan pengertian bahwa jangan pernah kehilangan jati diri sebagai orang Jawa dimanapun kita berada. Saat ini saya merantau hampir sepuluh tahun jauh di bagian Timur wilayah Indonesia, ungkapan terebut kini benar-benar saya rasakan. Didikan dari nenek saya sungguh sangat melekat; bagaimana sejatinya orang Jawa seharusnya berakar dan bertumbuh dimana saja seperti "Telo" (Ubi Jalar) yang dapat "survive" dimanapun Ia berada. Terkadang rasa rindu akan masakan Jawa yang manis dan gurihpun tak ter'elakkan hingga berakhir pada eksperimen di dapur rumah.
Saya teringat, kala itu nenek saya sering membuatkan
Bancakan Weto (syukuran atau selamatan dalam penanggalan / tradisi Jawa) yang sarat makna dan budi pekerti yang luhur. Ingatan masa kecil itulah yang membuat saya mencoba untuk merekonstruksi makanan yang penuh filososi dan makna itu, walaupun sedang berada jauh di tanah rantau.
KEMBALI KE ARTIKEL