Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Martin Heidegger: Jadi "Being" di Era Yang Serba Instan

14 Desember 2024   05:30 Diperbarui: 12 Desember 2024   15:14 14 1
Martin Heidegger adalah salah satu filsuf terbesar abad ke-20 yang dikenal melalui karya utamanya, Being and Time (Sein und Zeit). Heidegger membangun kerangka pemikiran eksistensialisme yang unik dengan fokus pada konsep “Being” (“Ada”). Dalam filsafatnya, ia menekankan pentingnya memahami keberadaan manusia sebagai sesuatu yang berbeda dari sekadar objek duniawi.

POV Heidegger tentang Being
Heidegger membedakan antara being (Ada) dan beings (hal-hal yang ada). Ia berargumen bahwa manusia adalah satu-satunya entitas yang memiliki kesadaran akan keberadaannya, yang disebut sebagai Dasein (“Ada-di-sini”). Menurut Heidegger, Dasein tidak hanya berada di dunia secara pasif, tetapi juga secara aktif terlibat dengan dunia. Ini berarti manusia memiliki kemampuan untuk merefleksikan eksistensinya, menanyakan makna hidup, dan mengambil tanggung jawab atas pilihannya.

Dalam pandangan Heidegger, manusia sering terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang ia sebut sebagai das Man (“Mereka” atau “orang banyak”). Dalam keadaan ini, manusia cenderung mengikuti norma-norma sosial tanpa refleksi, kehilangan otentisitas, dan melupakan tugas mendasar mereka sebagai makhluk yang bertanya tentang makna keberadaan.

Menjadi Manusia yang Menjalankan Misi di Dunia
Heidegger menekankan pentingnya menjalani hidup secara otentik. Ini berarti kita harus menyadari fakta bahwa keberadaan kita terbatas oleh waktu – yaitu, kita semua menuju kematian (being-towards-death). Kesadaran akan kefanaan ini bukanlah sesuatu yang 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun