Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Pak Darsa: Pelita di Tengah Desa

16 November 2024   05:00 Diperbarui: 16 November 2024   08:17 57 1
Kisah Bapak Darsa: Pelita di Tengah Desa
Di sebuah desa kecil bernama Sukamukti, tinggal seorang bapak bernama Darsa. Usianya mendekati lima puluh tahun, wajahnya sederhana dengan senyuman yang ramah. Namun, Darsa memiliki satu kekurangan yang kerap menjadi bahan pembicaraan warga: ia seorang pengangguran.  

Darsa kehilangan pekerjaannya dua tahun yang lalu ketika pabrik tempatnya bekerja tutup akibat kebangkrutan. Awalnya, ia berusaha mencari pekerjaan lain, tetapi di desa kecil seperti Sukamukti, lapangan kerja tidaklah banyak. Setiap hari, ia hanya terlihat duduk di bawah pohon beringin besar di tengah desa, menatap langit sambil sesekali bermain dengan anak-anak yang lewat.  

Namun, Darsa bukanlah pria yang mudah menyerah. Di balik penampilannya yang sederhana, ia menyimpan hati yang besar dan tekad yang kuat untuk tetap berguna bagi orang-orang di sekitarnya.  

Sebuah Ide dari Keprihatinan
Suatu hari, Darsa melihat seorang anak kecil bernama Wira menangis di pinggir jalan karena tidak bisa mengerjakan PR-nya. Anak itu putus asa karena tidak ada orang dewasa di rumah yang bisa membantu. Dengan lembut, Darsa menghampiri dan bertanya apa masalahnya.  

"Pak, aku tidak bisa menjumlahkan ini," kata Wira sambil menunjukkan buku matematikanya.  

Darsa tersenyum. "Mari kita lihat. Kita coba sama-sama, ya?"  

Dalam beberapa menit, Wira mulai memahami caranya. Wira tersenyum lebar, dan rasa bangga terlihat jelas di matanya. Dari kejadian itu, Darsa memiliki ide: bagaimana jika ia membuka kelas belajar gratis untuk anak-anak desa?  

Menghidupkan Rumah Belajar
Darsa memutuskan untuk menggunakan pekarangannya yang luas sebagai tempat belajar. Ia membersihkan kebun belakangnya, memasang bangku-bangku dari bambu bekas, dan membuat papan tulis kecil dari papan kayu. Ia mengundang anak-anak di desa untuk datang belajar setiap sore.  

Awalnya, hanya tiga atau empat anak yang datang. Tetapi, lambat laun, jumlahnya bertambah. Orang tua mulai memperhatikan perubahan pada anak-anak mereka. Mereka menjadi lebih bersemangat belajar dan nilai-nilai sekolah mereka meningkat.  

"Darsa itu pengangguran, tapi lihat apa yang dia lakukan untuk anak-anak kita," kata seorang ibu di pasar.  

Dukungan Warga
Berita tentang kelas belajar gratis ini menyebar ke seluruh desa. Beberapa warga mulai datang ke rumah Darsa, menawarkan bantuan. Ada yang menyumbang buku bekas, alat tulis, bahkan makanan kecil untuk anak-anak.  

Pak Surya, kepala desa, mendengar tentang inisiatif Darsa. Ia datang dan berkata, "Pak Darsa, saya sangat terinspirasi dengan apa yang Anda lakukan. Saya ingin membantu. Bagaimana kalau kita gunakan balai desa sebagai tempat belajar yang lebih besar?"  

Darsa terkejut sekaligus terharu. Ia menerima tawaran itu dengan senang hati. Dengan pindahnya kegiatan ke balai desa, kelas belajar Darsa menjadi lebih terorganisasi.  

Menginspirasi Desa
Kegiatan belajar ini bukan hanya mengubah hidup anak-anak, tetapi juga masyarakat desa secara keseluruhan. Para ibu mulai berkumpul di balai desa untuk membuat kerajinan tangan sambil menunggu anak-anak mereka belajar. Hasil kerajinan itu dijual di pasar, dan penghasilannya digunakan untuk memperbaiki fasilitas desa.  

Darsa juga mulai mengajarkan keterampilan dasar kepada pemuda desa, seperti bertani modern, membuat kompos, dan menjahit. Ia tidak ahli dalam semua bidang, tetapi ia terus belajar dari buku dan video yang ia temukan.  

Kehadirannya menjadi pemantik semangat bagi seluruh desa. Orang-orang mulai melihat bahwa pekerjaan bukan hanya soal gaji, tetapi juga soal dampak yang kita buat bagi orang lain.  

Penghargaan Tak Terduga
Setahun kemudian, desa Sukamukti berubah drastis. Anak-anaknya lebih cerdas, pemudanya lebih produktif, dan kehidupan sosial di desa menjadi lebih harmonis.  

Pada peringatan Hari Kemerdekaan, kepala desa memberikan penghargaan khusus kepada Darsa sebagai "Penggerak Inspiratif Desa." Dalam pidatonya, kepala desa berkata, "Pak Darsa telah mengajarkan kita semua bahwa kekayaan terbesar tidak terletak pada harta, tetapi pada hati yang tulus untuk melayani."  

Darsa hanya tersenyum, menundukkan kepala dengan rasa syukur. Ia tidak pernah mengira bahwa inisiatif kecilnya akan membawa perubahan besar.  

Warisan Inspirasi
Hingga kini, balai desa Sukamukti masih menjadi pusat kegiatan belajar dan keterampilan. Nama Darsa dikenang sebagai bapak desa yang menginspirasi.  

Ketika ditanya apa yang menjadi motivasinya, Darsa hanya menjawab, "Saya mungkin tidak punya pekerjaan, tapi saya punya waktu, tenaga, dan cinta. Itu cukup untuk membuat perubahan."  

Dari seorang pengangguran yang sering dipandang sebelah mata, Darsa membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi pelita di tengah kegelapan, asalkan mau mencoba dan berbagi.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun