Pulau Papua, dengan segala kompleksitas sejarah dan dinamikanya, menyimpan banyak misteri yang masih perlu diungkap. Buku "Sejarah Nama Papua & Asal Usul Manusianya" karya Melkior Nikolar Ngalumsine Sitokdana menjadi salah satu upaya untuk menelusuri akar-akar sejarah Papua, serta memetakan prospek masa depan anak-anak Papua dan Tanah Papua secara keseluruhan.
Menelusuri Jejak Sejarah yang Terlupakan
Salah satu temuan penting dari buku ini adalah proses penamaan "Papua" dan "New Guinea" yang ternyata bukanlah sebutan asli yang digunakan oleh penduduk pribumi. Penulis menelusuri jejak sejarah, mulai dari catatan Kerajaan Sriwijaya di abad ke-8 yang menyebut "Sengki-ki'i", hingga Kerajaan Majapahit di abad ke-13 yang menyebut "Tung-ki" - diduga merujuk pada penduduk asli Papua.
Nama "Papua" baru muncul pada abad ke-16, ketika pelaut Portugis menemukan pulau ini. Sementara itu, "New Guinea" diberikan oleh penjelajah Spanyol yang melihat kemiripan penduduk asli dengan orang Guinea di Afrika. Fakta ini menunjukkan bahwa penamaan Papua merupakan hasil "rekayasa sejarah" oleh pihak-pihak luar, bukan berasal dari identitas asli penduduk pribumi.
Lebih jauh, buku ini mengungkap bahwa nenek moyang suku-suku asli Papua sendiri tidak pernah menyebut dirinya sebagai "orang Papua" atau menganggap pulau ini sebagai "Tanah Papua". Sebutan-sebutan tersebut baru muncul seiring dengan masuknya peradaban modern dan pengaruh pihak-pihak luar. Ini menunjukkan bahwa identitas Papua yang kita kenal saat ini adalah konstruksi sejarah yang kompleks.
Menguak Asal-Usul Manusia Papua
Terkait asal-usul manusia Papua, buku ini mengulas berbagai teori ilmiah, salah satunya Teori Trihybrid yang menyatakan bahwa orang-orang asli Australia, Papua, dan Tasmania berasal dari tiga ras manusia purba: Oseanik Negritos, Carpertarians, dan Murrayan. Teori ini menjelaskan bahwa penduduk asli di kawasan ini merupakan hasil persilangan antara tiga ras tersebut.
Selain itu, buku ini juga menyinggung pandangan religius-kosmologis suku-suku Papua yang mempercayai mitos penciptaan nenek moyang mereka di berbagai tempat di pulau ini. Cerita-cerita lisan tentang asal-usul ini masih dipegang teguh dan menjadi acuan bagi anak cucu mereka.
Fakta bahwa hingga kini belum ada titik temu antara sejarah penciptaan manusia versi Alkitab dengan keberadaan ras Melanesia Negroid di Papua menunjukkan masih banyak misteri yang perlu diungkap. Upaya untuk memahami asal-usul manusia Papua secara komprehensif masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi para peneliti dan akademisi.
Penyebaran Agama dan Perjalanan Politik
Selain menelusuri akar sejarah nama dan manusia Papua, buku ini juga mengulas sejarah penyebaran agama Kristen di Tanah Papua. Proses ini dimulai pada 1855 dengan kedatangan dua misionaris Jerman, Ottow dan Geissler, yang dianggap sebagai tonggak awal peradaban modern bagi penduduk asli.
Kehadiran gereja-gereja Protestan dan Katolik turut membawa perubahan signifikan dalam kehidupan suku-suku Papua. Tradisi membaca, menulis, dan berhitung mulai diperkenalkan, seiring dengan upaya penyebaran Injil Kristus. Hal ini menandai dimulainya lembaran baru dalam sejarah Papua.
Di bidang politik, buku ini juga menelusuri napak tilas perjalanan Papua, mulai dari integrasi ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga tuntutan kemerdekaan yang terus bergulir. Proses integrasi ini tidak lepas dari perdebatan dan konflik kepentingan antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa penyelenggaraan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) pada 1969 menuai banyak kritik karena dianggap tidak mencerminkan aspirasi rakyat Papua secara utuh. Hal ini kemudian memicu gelombang perlawanan dan tuntutan kemerdekaan yang terus berlanjut hingga hari ini.
Memetakan Masa Depan Anak-Anak Papua
Melihat realitas tersebut, masa depan anak-anak Papua harus menjadi perhatian utama. Mereka adalah generasi penerus yang akan menentukan nasib Tanah Papua ke depan. Investasi besar dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi menjadi kunci untuk mempersiapkan anak-anak Papua menjadi generasi yang tangguh, cerdas, dan berkarakter.
Di sisi lain, penyelesaian masalah Papua secara komprehensif juga harus menjadi prioritas. Dialog terbuka dan berkelanjutan antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua, serta pengakuan atas hak-hak dasar penduduk asli, dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan masa depan Papua yang lebih cerah.
Dengan memahami akar sejarah dan dinamika Papua secara mendalam, kita dapat merumuskan langkah-langkah strategis untuk membangun Tanah Papua yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat. Generasi muda Papua harus menjadi pilar utama dalam mewujudkan cita-cita tersebut, demi masa depan yang lebih baik bagi Bumi Cenderawasih.
Buku "Sejarah Nama Papua & Asal Usul Manusianya" menjadi salah satu upaya penting untuk menyingkap tabir sejarah Papua yang selama ini terlupakan. Dengan menggali akar-akar sejarah, kita dapat memahami identitas Papua yang sesungguhnya, serta merumuskan langkah-langkah strategis untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak mudah papua dan Tanah Papua secara keseluruhan.