Adi merasa terjepit di antara dua pilihan. Dia dapat menerima beasiswa itu dan mengejar impian masa depannya, tetapi akan meninggalkan ibunya yang sakit. Atau, dia bisa tinggal bersama ibunya, merawatnya, tetapi harus mengorbankan kesempatan yang begitu langka ini.
Saat malam tiba, Adi masih memikirkan pilihannya. Dia menghampiri ibunya yang sedang duduk di kursi goyang di sudut ruangan. "Ibu," ucapnya pelan, "saya memiliki sebuah pilihan yang sulit."
Ibu Adi menatap anaknya dengan lembut. "Ceritakan padaku, nak," ucapnya.
Adi menceritakan tentang beasiswa itu dan kondisi ibunya. Dia berkata bahwa dia tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian, tetapi juga tidak ingin mengecewakan harapan keluarganya.
Ibu Adi tersenyum lembut. "Anakku, hidup ini memang penuh dengan pilihan-pilihan sulit. Namun, yang paling penting adalah memilih dengan hati nurani dan mempertimbangkan baik buruknya."
Adi memahami kata-kata ibunya. Setelah memikirkan dengan matang, dia memutuskan untuk menolak beasiswa tersebut. Meskipun itu adalah kesempatan besar, tetapi merawat ibunya adalah prioritasnya yang utama.
Beberapa bulan berlalu, kondisi ibu Adi semakin membaik. Meskipun dia kecewa karena Adi tidak mengambil beasiswa itu, tetapi hatinya dipenuhi oleh rasa bangga dan syukur. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan bahagia, mengumpulkan kenangan indah yang tidak akan pernah tergantikan.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa dalam menghadapi pilihan-pilihan sulit, kita harus selalu mempertimbangkan baik buruknya, tetapi juga mengikuti hati nurani kita. Terkadang, memilih yang membawa kebaikan bagi orang lain lebih berharga daripada mencari keuntungan pribadi. (YEM).