Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Saat Pawang Hujan Menjadi Sumber Konflik Antar Kampung

20 Februari 2012   11:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:25 660 0
Selain kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga kaya akan dunia klenik dan perdukunan yang bisa mencakup segala sisi kehidupan masyarakat. Salah satu spesialisasinya adalah Pawang hujan. Semua masyarakat pasti mengenal Pawang hujan yaitu seseorang yangberperan mengontrol hujan sesuai permintaan kliennya. Biasanya mereka (baca: pawang hujan) berperan penting dalam mendukung acara-acara yang berlokasi di outdor dengan cara menahan hujan --jika saat musim hujan-- agar acara tersebut dapat berjalan dengan lancar. Hampir semua lapisan masyarakat mempercayai kekuatan sang pawang sehingga banyak event-event bergengsi yang menggunakan jasanya.

Menurut berita palembang.tribunnews.com, tujuh pawang hujan bekerja menghalau hujan saat pembukaan Sea Games XVII di Jakabaring Sport Center pada tanggal 11 November 2011 yang lalu. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin meski teknologi menghalau hujan sudah dilakukan oleh Tim Modifikasi Cuaca (TMC) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ternyata kepercayan akan kesaktian Pawang hujan masih mendominasi mindset kita.

Pawang hujan lahir dalam setiap budaya berbagai suku di Indonesia yang awalnya hanya untuk kebutuhan lokal masyarakat atau kampungĀ  di mana ia berada --belum sekomersial sekarang. Berkaitan dengan hal ini ada cerita menarik yang dikisahkan oleh Ernst Vatter, seorang Antropolog asal Jerman yang pada tahun 1929 meneliti kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar gunung (Ile) Mandiri, Flores Timur --bukunya berjudul Ata Kiwang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun