Tetesan air mata Angelina Sondakh yang membanjiri wajahnya ketika sang suami meninggal ternyata bertolak belakang dengan pengakuan Elza Syarif --mantan pengacara Adjie Massaid-- yang mengaku bahwa angie sudah mengajukan gugatan cerai terhadap adjie melalui kuasa hukumnya Sheila Salomo. Ternyata di balik romantisme pasangan ini tersimpan bara yang hampir menjadi api. Adjie Massaid sangat mengkhawatirkan istrinya yang terlalu dalam bermain politik sehingga perbedaan pendapat pun sering terjadi antara keduanya.
Posisi sebagai seorang suami sekaligus rekan politik memberikan nilai tambah bagi Adjie karena ada rasa sayang dalam relasi politiknya dengan Angie. Rasa sayang inilah yang membuat Adjie khawatir jika suatu saat Angie akan ditimpa masalah karena cara berpolitiknya yang berbahaya. Tentu saja hal ini tidak akan dilakukan oleh rekan politik Angie yang lain karena semuanya hanya mengejar kepentingan pribadi maupun partai semata. Relasi seperti ini tidak akan pernah berlandasakan rasa sayang seperti yang ditunjukkan oleh Adjie.
Sebagai seorang suami Adjie menolak ungkapan "tidak ada kawan yang abadi dalam politik" karena ia peduli akan Angie sebagai patner hidup, ibu dari anak-anaknya. Sayangnya ambisi Angie dalam dunia politik melampaui kekhawatiran suaminya. Jabatan sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat dan anggota komis X DPR RI membuatnya total mengabdi pada partainya. Loyalitas yang buta, seperti memakai kaca mata kuda karena himbauan sang suami ternyata tidak dapat menahannya untuk terus melaju. Melaju hingga ia pun akhirnya terjerumus ke dalam jurang yang sangat dalam.