Perkembangan zaman yang ditelan menta-menta juga menjadikan negeri ini seperti panggung jenaka. Setidaknya jenaka menurut saya, sangat subjektif tetapi bisa jadi orang lain pun beranggapan yang sama. Hal ini terjadi pada hampir semua aspek kehidupan, tetapi saya hanya membatasi pada "dunia mode" Indonesia. Saya bukan pengamat mode jadi tidak melihat mode dari perspektif estetika atau perspektif lain yang sering digunakan oleh pakarnya. Bagi saya mode bisa sangat berkorelasi dengan nasionalisme atau sederhananya kebanggaan kita akan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Perkembangan zaman dengan berbagai pengaruhnya ternyata mampu membuat sebagian orang merasa tidak bangga dengan dirinya sendiri yang tentu saja merepresentasi suku bangsanya. Ia tidak bangga dengan rambut hitamnya yang eksotik sehingga harus ikut-ikutan diwarnai merah atau pirang. Mata yang hitam atau coklat harus ditutupi "mata palsu" yang berwarna biru, padahal wajah Asianya sangat tidak cocok dengan mata biru itu. Fenomena ini membuat saya bertanya ada apakah dengan ras kita? apa salah jika anda ber-ras Melanesia? bersuku melayu? Jawa? Batak? Sunda? Flores? atau Papua yang menjadikan kita sebagai sebuah bangsa Indonesia? Mungkin pertanyaan saya ini tidak pernah dipikirkan oleh para lakon karena mereka hanya ingin "mempercantik" diri, jauh dari embel-embel ini dan itu.
Saya bukan anti perubahan karena tidak ada satupun kita yang tidak berada dalam pusarannya. Saya pun tidak menyalahkan para lakon perubahan zaman. Ini hanya pertanyaan reflleksi yang selalu saya ingat ketika menghadapi perubahan zaman. Ini jati diri saya yang tidak mau saya tanggalkan. Bersyukur dengan semua pemberian Tuhan.
Tulisan ini saya tutup dengan pujian bagi perkembangan zaman karena dapat merubah citra seorang "Ugly girl" yang berkawat gigi dalam film-film Hollywood menjadi trend "kecantikan" di kalangan gadis-gadis indonesia jika berkawat gigi, meskipun giginya tidak bermasalah. Heehhe.....