Akhir-akhir banyak sekali lembaga survei yang mendadak muncul, entah lantaran karena isu politik atau karena isu lainnya. Lembaga-lembaga survei ini sebenarnya patut dipertanyakan kredibilitasnya. Apakah memang benar lembaga-lembaga survei ini merupakan sebuah organisasi yang benar-benar independen ketika melakukan survei atau sebenarnya di “stir” oleh dorongan dan desakan pihak-pihak tertentu. Akan lebih bermakna sebenarnya jika hasil survei suatu lembaga survei bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah.
Kredibilitas dari segi apa? Banyak sebenarnya yang menentukan kredibilitas sebuah lembaga survei. Tapi disini saya hanya ingin mengemukakan sedikit opini saya saja tentang hal ini.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam membuat survei diperlukan perencanaan yang matang, kerangka sampel yang memadai, metodologi yang baik, dan pemilihan sampel yang tepat sasaran, sehingga hasil yang didapatkan akan memberikan keputusan dan kesimpulan yang “mendekati” kebenaran. Saya bilang “mendekati” kebenaran karena dalam ilmu statistik tidak ada yang 100 persen benar, tapi dalam membuat keputusan atas suatu penelitian berdasarkan hasil statistik pasti muncul yang namanya galat (error). Apa itu error? Dalam statistika dan matematika stokastik, error adalah sumber variasi data yang tidak dapat dimasukkan ke dalam model. Dalam literature statistika, error dikenal pula sebagai sesatan, pengotor, sisa, residu, atau noise (Sumber : Wikipedia). Error ini muncul bisa disebabkan dari kesalahan metode yang digunakan untuk pengambilan sampel (Sampling error) atau juga karena kesalahan petugas pencacah, jawaban responden yang “ngawur”, dan kesalahan lain yang bersifat non teknis (Non Sampling error).