Yang menyetujui istilah prasejarah tentu mempunyai argumen tersendiri dan yang menggunakan istilah pra aksara juga mempunyai argument tersendiri. Dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Istilah prasejarah lebih populer. Namun hal itu juga diikuti oleh penggunaan istilah pra aksara yang baru-baru ini muncul dalam buku pelajaran sekolah.
Harus diakui, penggunaan istilah prasejarah lebih populer dibandingkan dengan istilah pra aksara. Hal ini wajar karena di istilah internasional atau istilah bahasa Inggris, masa manusia sebelum mengenal tulisan disebut dengan istilah prehistory. Istilah prehistory ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Pre menjadi pra dan history menjadi sejarah, jika di gabungkan akan menjadi prasejarah. Bahkan buku sekelas SNI (Sejarah Nasional Indonesia) pun menggunakan istilah prasejarah.
Prasejarah jika diartikan perkata yakni pra yang artinya sebelum dengan kata sejarah maka artinya akan menjadi sebelum sejarah. Lalu pertanyaanya apakah ada masa sebelum sejarah ?. Semua manusia tentu memiliki sejarah, bahkan manusia purba pun memiliki sejarah. Kita sering mendengar pertanyaan, “bagaimana sejarah manusia purba ?”, hal ini membuktikan bahwa manusia purba juga memiliki sejarah. Cukup aneh jika kita mendengar pertanyaan, “Bagaimana prasejarahnya manusia purba ?.”
Lagi pula ada kekeliruan pada istilah sejarah, sejarah banyak diartikan masa dimana manusia mengenal tulisan. Padahal dalam ilmu geografi bukankah kita sering mendengar sejarah terbentuknya tata surya. Lalu pertanyaanya jika sejarah dikaitkan dengan definisi mengenal tulisan. Apakah tata surya bisa menulis dan membaca ?”. Padahal menurut definisi sejarah banyak para ahli yang mengatakan pengertian sejarah yang intinya adalah peristiwa yang terjadi di masa lampu. Tidak ada istilah tulis menulis disini. Jadi sejarah bukanlah masa manusia setelah mengenal tulisan, melainkan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.
Lalu istilah masa prasejarah dan sejarah juga seharusnya diganti dengan istilah masa pra aksara dan masa aksara. Jadi sebaiknya sejarah bukan digunakan untuk membagi masa karena semua masa adalah sejarah. Akan lebih bijak kalau dinyatakan dalam sejarah ada dua zaman, yakni zaman pra aksara dan zaman aksara.