Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Fiksi Mini: Senyum Misterius

4 Februari 2024   07:59 Diperbarui: 4 Februari 2024   08:09 201 7
Fiksi Mini: Senyum Misterius

Langkah kaki Rini terhenti di depan sebuah rumah tua yang diselimuti kabut pagi. Rasa penasaran mendorongnya untuk membuka gerbang yang berderit dan memasuki halaman yang ditumbuhi rumput liar. Di teras rumah, Rini menemukan sebuah kursi goyang tua yang diayun pelan oleh angin, meskipun tidak ada seorang pun di sana.

Tiba-tiba, dari balik jendela yang kotor, Rini melihat sekilas wajah seorang wanita tua. Wajah itu pucat pasi dengan mata yang kosong dan senyuman misterius yang terukir di bibirnya. Rasa takut menjalar di tubuh Rini, tetapi ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Pintu terbuka perlahan, dan Rini kembali melihat wajah wanita tua itu. Kali ini, Rini dapat melihat lebih jelas bahwa wanita itu mengenakan gaun putih yang lusuh dan rambutnya yang putih panjang terurai di bahunya.

"Siapa kamu?" tanya Rini dengan suara gemetar.

Wanita tua itu tidak menjawab. Ia hanya terus tersenyum dan menatap Rini dengan matanya yang kosong. Perlahan, ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah sebuah kotak kayu yang tergeletak di kursi goyang.

Rini membuka kotak kayu itu dengan rasa penasaran. Di dalamnya, ia menemukan sebuah surat tua yang bertuliskan tanggal yang sama dengan hari ini, 10 tahun yang lalu. Surat itu menceritakan kisah tragis seorang wanita tua yang dibunuh di rumahnya sendiri dan arwahnya yang terperangkap selamanya.

Rini tersadar dengan kengerian. Wanita tua di hadapannya adalah arwah yang gentayangan selama 10 tahun. Rasa takutnya berubah menjadi rasa kasihan. Rini menutup kotak kayu itu dan meletakkannya kembali di kursi goyang.

Ketika Rini berbalik untuk pergi, ia melihat sekilas bayangan wanita tua itu menghilang di balik jendela. Senyum misteriusnya masih terngiang di benak Rini, meninggalkan rasa ngeri dan pertanyaan yang tak terjawab.

"Rini, bangun nak. Saatnya istirahat pertama," ucap Bu Nurul guru bahasa Inggris Rini.

Yoga Prasetya

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun