Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen: Tragedi Valentine

14 Februari 2022   06:37 Diperbarui: 14 Februari 2022   06:43 2896 17
Cerpen: Tragedi Valentine

Edi "gupuh" membolak-balik tumpukan buku di lemari. Dia mencari buku berwarna merah jambu. Buku pemberian mantan kekasihnya sewaktu kuliah.

"Cari apa, sayang?" tanya Kuni, istrinya.

Edi tak menjawab. Dia masih berjongkok di depan lemari kuno warisan orang tuanya.

"Kenapa sih gak jawab pertanyaanku!"

Edi tidak peduli.

"Cari apa sih?"

Edi pura-pura tak mendengar. Ia terus mengangkat dan memindahkan buku di lemari. Kuni jadi kesal. Dia lalu memutuskan meninggalkan suaminya.

"Kamu lihat buku warna merah jambu?"

"Ya Ndak Tau, Kok Tanya Saya!" kata Kuni "ngambek".

Edi menyerah dan memutuskan berbaring di kasur dekat lemari itu. Dia mengenang kembali masa-masa waktu kuliah. Berdua bersama mantan kekasihnya. Waktu itu tepat tanggal 14 Februari.

***
"Ini buat kamu," kata sang mantan.

"Apa ini?" tanya Edi.

"Buku."

"Iya aku tau itu buku. Untuk apa kamu berikan padaku? Kau kan tau aku tak suka membaca."

"Itu buku berisi kenangan kita pacaran selama 80 hari 12 jam lebih 45 menit."

"..." Edi menatap wajah kekasihnya yang mirip artis Korea Selatan, Irene Red Velvet.

"Hari ini, hari valentine."

"Terus?"

"Ya, aku ingin kayak pasangan lainnya."

Edi bingung. Dia tak pernah pacaran sebelumnya. Dia benar-benar tidak pernah mengenal hari valentine.

"Ya sudah, kita putus!"

Edi tambah bingung. Dia merasa tak melakukan kesalahan. Tatapannya mengarah pada wanita yang pergi menjauh darinya diiringi lagu "Sudah" karya Ahmad Dhani.

"Dinda, semua berakhir sudah. Kamu masih cantik seperti dulu. Saat pertama kali..."

***
"Kamu ngapain melamun?" tanya Kuni.

Edi hanya bisa tersenyum kecut. Mengenang kisah cinta pertamanya. Dia tak menjawab pertanyaan istrinya. Hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Oh, iya. Hari ini, saudaraku akan datang untuk berkunjung."

"Oke, nanti aku belikan martabak dan nasi cumi Pak Kris."

Hampir setiap bulan, ada saja saudara Kuni yang berkunjung ke rumah Edi. Karena rumahnya sangat strategis, dekat alun-alun Kota Batu. Bulan lalu saudaranya dari Jakarta, dua bulan lalu dari Bali. Entah hari ini darimana lagi saudaranya.

Tit tit tit tit tit tit.

"Halo, Tommy. apa? Sudah sampai depan rumah? Oke, tunggu bentar ya," ucap Kuni pada Tommy, saudaranya dari Medan.

Kuni membuka pintu dan melihat Tommy bersama seorang wanita di depan gerbang rumahnya. Edi menyusul Kuni dengan memakai kaos dan sarung warna hitam. Dari jendela ruang tamu, Edi melihat Kuni bersama dua orang yang sedang menuju teras rumah.

"Maaf, ya Kun. Waktu itu, Aku tak bisa ke resepsi pernikahanmu karena masih di rumah sakit," kata Tommy.

"Iya gak papa, Tom. Yang penting kamu sekarang udah sehat dan bisa mampir ke rumah," balas Kuni.

"Oh, ya. Kenalin ini Mey, kekasihku. Mey ini saudaraku, Kuni."

"Kuni."

"Mey."

Mereka berjabat tangan. Ketika mereka sudah memasuki pintu rumah, Edi menyambut dengan santai. Namun, dia tampak terkejut melihat sosok yang tidak diharapkannya datang.

"Mey?"

"Kamu?"

"Loh, kalian sudah saling kenal?" tanya Kuni.

Wajah Edi jadi tampak memucat. Dia berharap Kuni tidak menemukan buku berwarna merah jambu. Bisa berabe nantinya.

"Kamu tau hari ini, hari apa?" tatapan Mey pada Edi.

Tommy dan Kuni bingung dengan percakapan antara Mey dan Edi.

"Hari Senin?"

"Kamu tidak berubah, Di."

Cerpen Yoga Prasetya, Malang, 14 Februari 2022

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun