"Hari ini, kita akan membuat rencana spesial untuk Pak Yogs, guru bahasa Indonesia paling ganteng se-antariksa. Hehehe," ucap Aliyah.
***
4 Februari 2021
Seorang guru muda terlihat melangkahkan kaki dengan terburu-buru. Dia telat masuk ke kelas 8E karena baru saja membina lomba baca puisi tingkat nasional di perpustakaan. Sampai di depan pintu kelas, dia melihat anak-anak perempuan berkelahi.
"Eh... Eh... Eh... Setop! Amanda! Verda! Apa yang sedang kalian lakukan!" kata guru itu sembari melerai mereka.
Mereka tidak menjawab. Malahan Amanda dan Verda kini menangis lalu diam membisu. Siswa lainnya di kelas 8E ikut diam dan menatap si guru.
Pak Yogs yang jadi salah tingkah hanya bisa garuk-garuk kepala. Ada apa dengan kelas ini? Padahal, kelas 8E dikenal sebagai kelas paling disiplin dan rajin. Ya, di sekolah ini, antara murid laki-laki dan perempuan, kelasnya dipisah. Kecuali kelas khusus, seperti tahfiz, bilingual, dan olimpiade.
Hari ini seharusnya si guru menyampaikan materi baru tentang teks persuasi. Dia sudah menyiapkan materi ajar, mulai dari identifikasi teks persuasi hingga menyimpulkan isi teks persuasi. Namun, sepertinya kelas ini belum siap untuk pembelajaran.
Di tengah kesenyapan kelas, Azka, salah satu siswi yang duduk di bangku kiri paling belakang mendadak berdiri. Dia tampak pucat dan tatapan matanya kosong berjalan menuju arah pintu.
"Nduk Azka, mau ke mana?" tanya si guru.
Lagi-lagi tanpa jawaban. Azka keluar kelas tanpa izin untuk pertama kalinya. Pada pelajaran sebelumnya, dia selalu bersikap santun kepada guru. Pak Yogs melihat jam dinding seakan tertawa karena kelas ini tidak seperti biasanya.
"Pak Yogs tahu hari ini hari apa?" ketua kelas 8E, Aliyah, tiba-tiba bertanya hal aneh.
Padahal, di pertemuan kemarin, dia banyak membuat pertanyaan berkualitas seputar pelajaran. Entah itu kaidah kebahasaan atau struktur teks.
"Hari Kamis, nak," jawab si guru yang terkenal sabar dan dekat dengan murid-muridnya.
Azka yang tadi keluar kelas kini masuk kembali membawa kain hitam. Perlahan, masih dengan tatapan kosongnya, dia membuka kain hitam itu.
"SELAMAT ULANG TAHUN PAK GURU!!!!" ucap seluruh anak di kelas 8E diiringi pemberian kue tar dibalik kain hitam tersebut.
Suasana menjadi ramai dan bahagia. Namun, salah satu guru di kelas sebelah tampak mengernyitkan dahinya. Sadar akan kondisi kelasnya yang sudah sangat tidak kondusif, Pak Yogs menyuruh anak-anaknya diam.
"Sttttt!!! Kalian sedang mengganggu kelas lain," ucapnya lirih, kali ini dengan mimik tegas.
"Selamat ulang tahun, Pak Yogs. Maafkan jika ulah kami tidak berkenan di hati Bapak," Aliyah menundukkan kepala.
"Pak Yogs bingung nak harus mengucapkan apa kepada kalian. Pertama, Bapak ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian yang mengingat ulang tahun saya. Sebenarnya, Bapak tidak terlalu peduli dengan hari ulang tahun. Kedua, lain kali bikin kejutannya yang santun ya. Apalagi tadi sampai mengganggu kelas sebelah," kata si guru.
"Baik, Pak. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Ini ide saya, Pak. Jadi, teman-teman lain hanya mengikuti rencana saya," balas Aliyah.
"Hmmm. Oke, kita fokus belajar materi baru tentang mengidentifikasi teks persuasi ya, Nak. Nanti, sepuluh menit sebelum bel pergantian jam berbunyi, kalian makan gih kuenya," timpal si guru. Kini dengan senyuman manisnya.
"SIAP PAK YOGS!" semua anak 8E kompak menjawab.