Episode ke-2 Novel Superstar
17 Januari 2016
Madura FC melakoni pertandingan perdana di Liga 1 Indonesia melawan Kalteng United. Seperti biasa, formasi yang digunakan Superstar ialah 4-2-1-3 dengan Berlian sebagai kapten. Untuk posisi striker, Madura FC mengandalkan pemain asing Rakic yang punya "finishing" di atas rata-rata.
Sementara itu, Kalteng United memilih lebih bertahan dengan formasi 4-2-3-1. Pelatih mereka, Oliviera, tampaknya tak ingin meremehkan skuad Superstar. Oleh karena itu, mereka akan membaca pola permainan lawan dahulu di babak pertama.
Priittt!!!
Wasit membunyikan peluit tanda pertandingan dimulai. Sebagai tuan rumah, Madura FC bermain terbuka dan menguasai bola dengan operan satu dua. Pola serangan diawali dari gelandang bertahan menuju sayap kiri dan diakhiri tendangan keras Rakic.
Sayangnya, Rakic dijaga dua bek Kalteng United yang sedang "on fire". Mereka dengan sigap memblokir tendangan Rakic. Pelatih Oliviera mengandalkan serangan balik melalui sisi kanan. Yoo Hyun-Goo mengumpan bola pada Pahabol yang punya kecepatan tinggi.
"Heiii. Mundur! Mundur!" Superstar memberikan aba-aba pada pemain belakang Madura FC karena posisinya terlalu maju.
Pahabol yang berhasil menerima bola dari Hyun-Goo langsung menendang ke arah gawang. Beruntung Ridho, sang kiper, bisa menangkap bola dengan baik. Superstar menyuruh Ridho untuk melayangkan bola jauh ke Rakic.
Basna, bek Kalteng United, dengan sigap merebut bola dan membuangnya ke luar lapangan. Skor babak pertama 0-0. Para penonton menyoraki pemain untuk lebih semangat di babak kedua.
Superstar memasukkan Beto untuk menambah amunisi serangan. Formasi Madura FC berubah menjadi 4-4-2 dengan dua striker. Ia berharap Beto dan Rakic bisa silih berganti menjadi "target man".
Strategi Kalteng United malah bertambah bertahan di babak kedua. Pelatih mereka menarik gelandang serang dan memasukkan bek tengah lagi. Apa yang sedang dipikirkan oleh Oliviera?
"Huh, sial. Mereka mengincar nilai seri pada pertandingan kali ini," ungkap Superstar sambil menendang rumput di sekitar garis luar lapangan.
Sesuai prediksi Superstar, tempo pertandingan di babak kedua menjadi sangat lambat. Setiap pemain Kalteng United mendapatkan bola, mereka menjaga bola di areanya sendiri seakan sedang bermain kucing-kucingan. Sementara itu, pemain Madura FC mencoba merebut bola dari mereka.
"Beto, Rakic rebut bolanya!" teriak Superstar kepada dua pemain depan yang enggan turun lebih ke belakang.
Peristiwa seperti ini sebenarnya pernah terjadi di Liga 2. Waktu itu ada gelandang seperti Abimanyu dan Imbiri yang berlari kencang merebut bola. Bahkan, Abimanyu bisa menjadi kartu As Superstar untuk memecahkan kebuntuan di sektor depan jika Rakic atau Beto sedang dijaga ketat oleh lawan.
Priittt priiiiit priiiiit
Pertandingan perdana Madura FC berakhir dengan skor imbang. Superstar terlihat kecewa dengan hasil ini. Oliviera mendekati pelatih termuda itu untuk mengajaknya salaman.
"Selamat datang di Liga 1 anak muda. Bagaimana rasanya bermain di Liga 1?" tanyanya dengan senang karena di laga tandang mereka bisa membawa pulang 1 poin.
"Ambyar," balas Superstar sembari tersenyum kecut.
Seandainya Abimanyu dan Imbiri masih berseragam Madura FC, tentu hasilnya jauh lebih baik. Ya, beginilah risiko melatih sebuah klub yang finansialnya lemah. Akankah Superstar bisa menemukan kartu As baru di pertandingan kedua?
Penulis: Yoga Prasetya/Bilik Apresiasi