Tragedi masa lalu yang kini dikenang manis. Bukan karena dihapusnya ujian nasional. Tetapi ingatan wajah manis di pojok kelas.
Mata kami saling bertatapan. Ia tersipu malu. Sedang aku salah tingkah. Jantungku berdetak sembari tersenyum.
Lelaki harus berani. Meski siap untuk bertepuk sebelah tangan. Daripada menunggunya menyapa. Hanyalah mimpi.
Sampai lulus, kami berbicara dalam bisu. Nyaliku ternyata ciut untuk membuka kata. Akhirnya, kami saling memendam rasa.
Itulah cinta di tahun terakhir. Sebelum aku pergi merantau ke barat. Namanya kini tinggal kenangan.