Aku menjadi pemandu wisata yang membawa peserta anak SD dan TK, Szalma, Ghazi, Zahra dan Omar yang biasa dipanggil mas, kesemuanya merupakan anggota tetap jalan-jalan bersama yang dijadwalkan hampir setiap minggu, targetnya seluruh museum yang ada di Jakarta akan kami kunjungi bersama.
Sesampainya kami disana, tanpa menunggu aba-aba, mas sudah berlarian ke halaman depan museum perjuangan Tentara Nasional Indonesia, berlari ke arahmeriam yang terletak di halaman depan yang luas.Ketika kami tengah berjalan ke arah edung yang dulunya adalah rumah kediaman Ratna Sari Dewi,istri Presiden Soekarno, rumah yang juga dikenal dengan sebutan wisma Yaso, kami dihampiri seorang petugas yang mengatakan, karena ini adalah hari libur Nasional, maka museum tidak buka, seketika peserta kecewa. Tapi beliau menjelaskan kalau kami bisa berkeliling hingga halaman belakang, karena disana terdapat koleksi pesawat , panser, ambulans. Kekecewaan pun terobati, bersama kami berjalan kaki.
Sebelumnya anak-anak berfoto dulu di Panser yang terletak tepat dekat tulisan ucapan Selamat Datang di Museum Satria Mandala.
Aku harus menjelaskan pada anak-anak yang sudah terlampau semangat bahwa hari ini mereka tidak bisa masuk ke dalam museum untuk melihat koleksi-koleksi peralatan perang, dan terpaksa hanya dapat melihat koleksi yang terdapat di halaman samping dan belakang.
Ambulans si Gajah atau si Dukun
Mobil Sedan DD-I
Pesawat Kunang
Aku baru tau, apalagi anakku bahwa pada tahun 1958 putra Indonesia sudah bisa membuat pesawat yang merupakan jenis pesawat olahraga yang hanya dapat memuat satu orang saja. Pesawat ini dibuat di bengkel depot penyelidikan percobaan dan pembuatan pesawat angkatan udara pangkalan udara Husein Sastranegara Bandung oleh para tekhnisi kita dibawah pimpinan letkol udara penerbang Nurtanio Pringgoadisurjo, yang pertama kali menerbangkan pesawat ini dan penerbangan terakhir dilakukan pada tahun 1968.
Pesawat WEL-I RIX
Yang dipamerkan disini adalah replikanya sebagai sumbangan TNI AU untuk museum, pada tanggal 30 Oktober 1981, karena pesawat aslinya hancur akibat ledakan granat di dekat stasiun Maguwo.
Pesawat Gelatik
Nama Gelatik adalah pemberian Presiden Soekarno, Pada Tahun 1983 pesawat ini kemudian diserahkan ke Museum Satriamandala.
Koleksi Pesawat :