Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

23 Desember

22 Desember 2010   04:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30 77 0
Di dalam satu tahun, tentunya ada tanggal-tanggal spesial bagi seseorang yang ia kenang. Entah itu tanggal dimana terjadinya hal yang menyenangkan atau pun menyedihkan. Entah itu hari lahir, hari kelulusan, hari jadian, hari pernikahan, hari putus cinta, hari meninggalnya orang terdekat, hari bencana alam yang memisahkan seseorang dengan orang-orang yang dikasihi, dan hari-hari lainnya.

23 Desember. Bukanlah tanggal yang spesial bagi mayoritas orang. Tetapi ya, bagi saya. 5 tahun sudah saya mengenang tanggal ini. 23 Desember 2005, di aula sebuah sekolah, saya dilahirkan. 23 Desember 2005 adalah hari jadi saya. Lahir dari rahim ibu saya kah? Tentu tidak, karena saya sudah ‘berkepala’ dua =). Jadian dengan seorang pria kah? Tidak. Hari itu adalah hari spesial bagiku karena saya lahir untuk kedua kalinya pada tanggal tersebut, hari jadi saya dengan Tuhan Yesus. Berputar haluan dimana selama 16 tahun saya beragama Buddha, agama yang bukan merupakan pilihanku sendiri.

Hari ini (22 Desember 2010) adalah hari terakhir saya menjadi seorang “balita” Kristen karena besok saya tidak lagi berstatus demikian. Kristen yang berarti pengikut Kristus (1 Pet 1:2). Sebuah status yang sangat sulit dan berat untuk dijalani dan dihidupi. Lima tahun sudah. Jatuh bangun saya alami beberapa kali. Malu. Menyesal. Tak layak. Tiga kata yang akan selalu ada dalam kamus kehidupan saya. Namun di samping itu, saya mengucap syukur kepada Tuhan, ketika saya jatuh, Dia tidak membiarkan saya tergeletak, tangan-Nya menopang tanganku (Mazmur 37:24). Tuhan menyadarkanku dan membangunkanku dari keberdosaan saya.

To err is human, adalah hal yang manusiawi berbuat kesalahan namun juga bukan berarti senantiasa membenarkan berbuat salah itu manusiawi lalu kita terus-menerus berbuat salah. Hal yang biasanya paling saya ingat adalah yang salah, contohnya menjawab salah pada soal ujian. Biasanya saya tidak terlalu ingat soal apa yang saya jawab betul, tapi soal apa yang saya jawab salah karena menyesal telah kehilangan poin atau nilai ujian akibat salah menjawab. Biarlah kita juga mengingat kesalahan-kesalahan karena hal tersebut telah mengurangi poin dan nilai pada hidup kita. Saat kita sadar bahwa kita salah, jangan berhenti pada kesalahan itu. Tetapi petiklah pelajaran berharga dari kesalahan tersebut. Datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan dari-Nya (1 Yoh 1:9).

Kira-kira tiga minggu yang lalu, di dalam Persekutuan Pemuda, seorang hamba Tuhan (Ev. Edward Oei) memberikan analogi.

“Saat kita berjalan, adakah kita dengan sengaja merencanakan bahwa kita akan jatuh? Tidak. Lalu apakah kita mungkin terjatuh saat berjalan? Sangat mungkin. Demikianlah saat kita hidup, kita tidak pernah dengan sengaja merencanakan untuk jatuh, tetapi sangat mungkin kita terjatuh.”
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun