Hubungan antara Radit dan Rani berjalan penuh gairah. Mereka saling melengkapi, seperti warna-warna dalam lukisan yang Radit sering buat---sederhana tapi bermakna. Namun, ketika cinta mereka mulai tumbuh lebih dalam, muncul sosok dari masa lalu Radit yang mengganggu kedamaian mereka: Alya.
Alya adalah mantan kekasih Radit, seorang fotografer yang pernah bekerja dengannya di sebuah proyek seni bertahun-tahun lalu. Alya dan Radit memiliki sejarah yang rumit. Mereka pernah jatuh cinta, tetapi hubungan itu berakhir karena ambisi Alya untuk mengejar karier internasional. Ia pergi meninggalkan Radit tanpa penjelasan, meninggalkan luka yang dalam di hatinya.
Kini, Alya kembali ke kota, membawa serta kenangan lama yang sulit diabaikan. Ia mengunjungi pameran seni Radit, muncul tiba-tiba dengan senyum hangat yang menyimpan banyak cerita. Radit terkejut melihatnya, namun mencoba bersikap biasa.
"Aku dengar tentang pameranmu. Karyamu semakin luar biasa," ucap Alya sambil menatap salah satu lukisan.
"Terima kasih," jawab Radit singkat, berusaha menjaga jarak.
Namun, Alya tak menyerah. Ia mulai sering datang ke galeri tempat Radit bekerja, menawarkan kerja sama proyek fotografi yang mengingatkan mereka pada masa-masa indah dulu.
Rani, yang awalnya tidak merasa terancam, mulai merasakan perubahan pada Radit. Pria itu sering terlihat termenung, seperti menyimpan sesuatu. Radit tidak pernah secara terang-terangan menceritakan tentang Alya, tapi Rani mengetahui semuanya melalui seorang teman yang kebetulan melihat mereka bersama.
"Radit," tanya Rani suatu malam, ketika mereka sedang duduk di sebuah kafe kecil. "Siapa Alya?"
Radit terdiam, jelas terkejut. "Dia... dia hanya seorang teman lama."
"Tapi kenapa kau tidak pernah bercerita? Aku tahu dia mantanmu," ucap Rani dengan nada tenang, meski hatinya bergolak.
Radit menatap Rani, merasa bersalah. "Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Alya hanya ingin bekerja sama untuk proyek seni. Tidak ada yang lebih dari itu."
Namun, bagi Rani, kehadiran Alya bukan hanya soal kerja sama. Ia melihat bagaimana Alya memandang Radit---dengan cara yang menunjukkan bahwa perasaannya belum sepenuhnya hilang.
Konflik memuncak ketika Rani secara tidak sengaja melihat pesan di ponsel Radit dari Alya:
"Radit, aku tahu aku salah meninggalkanmu dulu. Tapi aku ingin memperbaikinya. Aku masih mencintaimu."
Hati Rani hancur. Ia tidak ingin menjadi wanita yang memaksa seseorang untuk memilih. Ia memilih untuk menjauh sementara, memberi waktu bagi Radit untuk memutuskan apa yang sebenarnya ia inginkan.
Radit menyadari jarak yang mulai terbentuk antara dirinya dan Rani. Ia juga bingung dengan perasaannya. Alya adalah bagian dari masa lalunya yang pernah ia cintai, namun Rani adalah masa kini yang membuatnya merasa utuh.
Setelah berminggu-minggu dalam kebimbangan, Radit akhirnya menemui Alya. Mereka duduk di galeri tempat mereka dulu sering bekerja bersama.
"Alya," kata Radit dengan suara tegas. "Apa yang kita miliki dulu sudah berakhir. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu. Aku mencintai Rani, dan aku tidak akan kehilangan dia hanya karena bayang-bayang kenangan."
Alya terdiam, matanya berkaca-kaca. "Aku mengerti," ucapnya pelan. "Aku hanya berharap aku bisa mendapatkan kesempatan kedua. Tapi jika kau sudah memutuskan, aku tidak akan memaksamu."
Radit mengangguk, merasa lega setelah akhirnya berkata jujur. Ia segera menemui Rani, yang sedang duduk di bangku taman membaca buku.
"Rani," ucap Radit sambil duduk di sebelahnya. "Aku sudah menyelesaikan semuanya dengan Alya. Aku minta maaf jika kehadirannya membuatmu merasa tidak nyaman. Tapi aku ingin kau tahu, hanya kau yang ada di hatiku."
Rani menatap Radit, mencoba mencari kejujuran di matanya. "Apa kau yakin, Radit? Aku tidak ingin menjadi pilihan kedua."
Radit menggenggam tangan Rani erat. "Kau bukan pilihan kedua, Rani. Kau adalah pilihanku. Dan aku akan membuktikannya."
Meski rasa sakit masih membekas, Rani memutuskan untuk percaya pada Radit. Hubungan mereka tidak sempurna, tetapi ujian ini membuat mereka menyadari bahwa cinta sejati bukan hanya tentang keindahan, tetapi tentang keberanian untuk menghadapi masa lalu dan memilih masa depan bersama.
Dan Alya? Ia pergi meninggalkan kota, membawa hatinya yang patah, tapi juga pelajaran bahwa beberapa cinta memang ditakdirkan untuk tidak dimiliki.