Di sudut sepi, bayang-bayang menari, Menyelimuti hati dalam gelap yang sunyi. Bulan pun redup, sembunyi dalam awan, Menatap duka cinta yang tak pernah tertawan.
Setiap langkahku, jejak kesedihan, Mengikuti jejakmu, dalam hening kepergian. Cintamu bagai mimpi yang pudar, Menghilang perlahan, dalam malam yang samar.
Bunga di taman merunduk sedih, Melepaskan kelopak, bagai air mata yang letih. Di atas batu, sungai mengalir pelan, Membawa kenangan, ke muara kesepian.
Pelangi pun enggan hadir, Warnanya pudar, dalam duka yang mengalir. Burung-burung diam, tak bernyanyi lagi, Mengerti lara hati, yang terdiam sendiri.
Jam di dinding berbisik pelan, Menghitung detik, dalam kesedihan yang kian. Setiap detik, luka semakin dalam, Seperti duri yang tak bisa terpendam.
Di ruang hati, bayangmu menari, Menghantui malam, dalam sepi yang mengitari. Cinta kita bagai daun kering, Tersapu angin, menuju takdir yang hening.
Di bawah pohon tua, aku termenung, Menggenggam kenangan, dalam hati yang bingung. Cintamu bagai api yang padam, Tinggalkan abu, dalam hati yang terdiam.
Wahai cinta yang pergi, kembalilah, Biarkan luka ini sembuh, dalam pelukan yang ramah. Namun engkau pergi, tanpa kata perpisahan, Meninggalkan hati, dalam duka yang tak terpadamkan.