Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Dakwah Koq Tauhid Melulu?

15 Agustus 2010   14:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:00 141 0
Kadang kita mendengar sebagian orang mengatakan, “Apa gunanya senantiasa mementingkan permasalahan tauhid dan selalu memperbincangkannya ? Sementara kondisi terkini kaum muslimin diabaikan, seperti halnya pembantaian, penyiksaan yang dialami kaum muslimin di berbagai belahan dunia, akibat penjajahan negara-negara kafir di berbagai tempat.

Maka -dengan taufiq dari Allah- kami katakan :

Tauhid ialah landasan berpijak bagi agama hanifiyah, maka mementingkan permasalahan tauhid berarti mementingkan landasannya. Dan apabila kita merenungkan Al Qur’an Al Karim akan kita dapati penjelasan yang lengkap dalam masalah tauhid. Sampai-sampai tidaklah ada satu surat pun dalam Al Qur’an kecuali terdapat di dalamnya permasalahan tauhid, yaitu penjelasan terhadapnya dan larangan dari kesyirikan.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menetapkan bahwasanya seluruh kandungan Al Qur’an ialah tauhid. Karena terkadang di dalamnya terkandung :

[1] Khabar seputar nama-nama dan sifat-sifat Allah, yaitu Tauhid Al ‘Ilmiy yang merupakan tauhid rububiyah.

[2] Perintah untuk beribadah kepada Allah semata dan larangan untuk menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, yaitu Tauhid Al ‘Amaliy Ath Thalabiy, yaitu tauhid uluhiyyah.

[3] Perintah untuk menaati Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan larangan bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang merupakan hakikat tauhid dan penerapannya.

[4] Khabar mengenai segala hal yang dipersiapkan Allah bagi ahli tauhid (muwahid) berupa kenikmatan, keberuntungan, kemenangan, dan pertolongan dalam perkara dunia maupun akhirat. Atau berupa khabar mengenai keadaan kaum musyrikin di dunia dan segala yang dipersiapkan di akhirat berupa ‘adzab yang kekal dan abadi di jahannam, yang pada hakikatnya juga merupakan tauhid, yaitu balasan bagi orang-orang yang melaksanakan hakikat tauhid, dan balasan bagi orang-orang yang menelantarkan tauhid.

Jadi, keseluruhan Al Qur’an berkisar pada tauhid.

Dan apabila Anda sering membaca surat-surat Makkiyah niscaya Anda dapati sebagian besar isinya ialah tauhid. Karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tinggal selama tiga belas tahun mendakwahkan tauhid dan melarang dari kesyirikan. Sedangkan kewajiban-kewajiban seperti zakat, shiyam, haji dan perkara-perkara halal dan haram lainnya, perkara seputar mu’amalat, tidaklah turun kecuali setelah hijrah ke Madinah. Kecuali perintah shalat yang diwajibkan di Makkah pada malam Mi’raj beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi perintah seperti ini tidaklah turun kecuali sedikit saja.

Begitu pula sebagian besar surat-surat Makkiyah yang turun atas Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebelum periode hijrah, seluruhnya berisi permasalahan tauhid, yang menunjukkan dengan jelas akan pentingnya hal tersebut. Dan bahwasanya kewajiban-kewajiban tidaklah turun kecuali setelah ditetapkannya tauhid, dan tertanamnya dalam jiwa, kemudian dibangun diatasnya aqidah shahihah. Karena suatu amal tidaklah sah kecuali dengan tauhid, dan tidak dibangun kecuali di atas tauhid.

Dan sungguh Al Qur’an telah menjelaskan bahwasanya para Rasul ‘alaihimush shalatu wa sallam mengawali dakwah mereka dengan dakwah tauhid sebelum segala sesuatu. Allah berfirman, “Sungguh Kami telah mengutus Rasul bagi setiap umat untuk menyembah Allah dan menjauhi thaghut” [An Nahl : 36] Dan Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu Rasul kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Aku, maka sembahlah Aku” [Al Anbiya : 25], dan setiap Nabi berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidaklah ada bagimu Ilah melainkan Dia” [Al A’raaf : 95] Dan itulah permulaan dakwah para Rasul, yaitu tauhid.

Begitu pula para pengikut Rasul yaitu para da’i dan mushlihin (orang-orang yang memperbaiki kondisi umat) yang mengawali prioritas dakwah mereka dengan tauhid. Karena setiap dakwah yang tidak berdiri di atas tauhid ialah dakwah yang tidak akan berhasil, tidak akan mencapai tujuan, dan tidak akan memperoleh kemenangan. Setiap dakwah yang mengabaikan dan tidak mengutamakan tauhid ialah dakwah yang merugi dan tidak akan meraih kemenangan. Dan hal ini telah terjadi dan kita ketahui bersama.

Dan setiap dakwah yang dibangun di atas prinsip tauhid, maka -dengan izin Allah- akan meraih kemenangan dan membuahkan hasil bagi masyarakat, sebagaimana yang telah kita ketahui dari sejarah.

Dan kita tidaklah mengabaikan permasalahan kaum muslimin, bahkan kita mengutamakan permasalahan tersebut, berusaha menolong dan menyingkirkan segala gangguan dengan berbagai sarana. Pembunuhan dan penyiksaan kamu muslimin bukanlah perkara yang mudah bagi kita. Akan tetapi menangisi dan meratapi nasib kamu muslimin bukanlah tindakan yang tepat, terlebih memenuhi media dengan pembicaraan dan tulisan mengenai hal tersebut, teriakan dan tangisan, yang hal tersebut tidaklah berguna sama sekali.

Akan tetapi tindakan yang tepat bagi permasalahan kaum muslimin tersebut, ialah dengan membahas sebab-sebab yang membuat kita ditimpa kondisi tersebut, dan menyebabkan kita dijajah oleh musuh-musuh Islam.

Lantas apa penyebab dikuasainya kaum muslimin oleh musuh-musuhnya ?

Apabila kita melihat kondisi di dunia Islam sekarang, tidaklah kita dapati orang-orang yang mengaku sebagai muslim, sekaligus berpegang teguh dengan Islam, kecuali mereka yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya mereka hanyalah muslim sekadar nama (Islam KTP –pent) dan keyakinan mereka biasanya berkutat pada permasalahan berikut ini :


  1. Penyembahan kepada selain Allah
  2. Menggantungkan berbagai hal kepada para wali dan orang-orang shalih, yaitu makam dan pusara mereka
  3. Tidak menegakkan shalat, menunaikan zakat, tidak pula melaksanakan ibadah puasa.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun