Pendidikan di Indonesia menghadapi dilema antara akses dan kualitas teknologi digital secara efektif ke dalam sistem pembelajaran. Di Indonesia, di satu sisi terdapat upaya besar untuk memperluas akses teknologi, sementara di sisi lain ada pertanyaan besar tentang kualitas penggunaan teknologi dalam pendidikan. Dilema ini semakin nyata ketika kita menyadari bahwa hanya menghadirkan perangkat atau konektivitas tidak cukup untuk memajukan kualitas pembelajaran. Pembahasan ini bertujuan untuk mengeksplorasi kedua aspek tersebut, serta mencari solusi agar pendidikan di Indonesia dapat lebih efektif memanfaatkan potensi literasi digital.
Akses Digital yang Masih Terbatas
Dalam konteks pendidikan, akses merujuk pada kemampuan siswa dan guru untuk memperoleh alat teknologi yang diperlukan untuk belajar dan mengajar. Di Indonesia, meskipun telah ada banyak inisiatif untuk memperkenalkan teknologi di kelas, seperti program penyediaan tablet dan laptop untuk pelajar atau proyek internet desa, kenyataannya masih banyak daerah yang kesulitan memperoleh akses tersebut. Secara geografis, Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, dengan berbagai daerah yang memiliki tantangan berbeda dalam hal infrastruktur dan konektivitas.
Dalam laporan APJII, ditemukan bahwa sekitar 20% dari populasi Indonesia masih belum terjangkau oleh internet. Hal ini sangat membatasi kemampuan banyak siswa di daerah terpencil untuk mengikuti perkembangan pendidikan yang berbasis digital. Sebagai contoh, di beberapa daerah di luar Pulau Jawa, akses ke internet dan perangkat belajar digital masih sangat minim. Tanpa akses yang memadai, siswa dari daerah tertinggal tidak dapat mengakses bahan ajar online, platform e-learning, atau bahkan melakukan komunikasi dengan guru secara efektif.
Akibatnya, ketimpangan antara sekolah di kota besar dan daerah terpencil semakin lebar. Hal ini membuat upaya menciptakan pemerataan dalam pendidikan semakin sulit tercapai. Jika teknologi sebagai sarana pendidikan tidak dapat diakses oleh semua siswa, maka tujuan untuk menciptakan pemerataan kualitas pendidikan akan semakin sulit diwujudkan.
Kualitas Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran
Sekalipun akses terhadap teknologi sudah lebih merata, masalah selanjutnya adalah kualitas penggunaannya.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan memerlukan pendekatan strategis, tetapi bagaimana teknologi tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Di banyak sekolah, penggunaan teknologi masih terbatas pada penggantian buku teks dengan materi digital atau penggunaan aplikasi sederhana untuk mengakses tugas.
Namun, pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah teknologi tersebut benar-benar meningkatkan pengalaman belajar siswa? Tidak sedikit guru yang belum mendapatkan pelatihan yang cukup mengenai cara mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran secara efektif. Padahal, jika teknologi digunakan dengan cara yang salah, ia bisa menjadi sumber distraksi, bukan alat bantu pembelajaran. Sebagai contoh, jika siswa hanya diberikan akses ke video pembelajaran atau tugas online tanpa ada pengawasan yang baik, maka proses belajar bisa kehilangan esensinya, yaitu interaksi, refleksi, dan diskusi.
Selain itu, banyak materi pembelajaran digital yang masih berbentuk satu arah, hanya berupa informasi yang diberikan kepada siswa tanpa adanya elemen kolaborasi atau evaluasi. Padahal, literasi digital yang sesungguhnya tidak hanya melibatkan kemampuan mengakses informasi, tetapi juga kemampuan menganalisis, berkolaborasi, dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, kualitas penggunaan teknologi dalam pendidikan sangat bergantung pada bagaimana teknologi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik dan tidak hanya mengandalkan teknologi sebagai pengganti metode tradisional.
Mencari Keseimbangan: Akses dan Kualitas dalam Pendidikan Digital
Solusi untuk masalah ini adalah menciptakan keseimbangan antara akses dan kualitas. Tanpa akses yang cukup, penggunaan teknologi tidak akan optimal. Namun, tanpa kualitas penggunaan yang tepat, akses teknologi juga tidak akan memberikan dampak positif yang maksimal. Pemerintah harus memastikan bahwa upaya memperluas infrastruktur digital diikuti dengan peningkatan kapasitas guru dalam menggunakan teknologi secara efektif. Pelatihan yang berbasis pada pengembangan kompetensi guru dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran sangatlah penting.
Selain itu, pembaruan kurikulum juga perlu dilakukan agar teknologi dapat digunakan untuk mendukung pencapaian kompetensi siswa. Teknologi tidak hanya untuk menggantikan buku teks atau ujian berbasis kertas, tetapi harus bisa merangsang kreativitas, kolaborasi, dan pemikiran kritis siswa. Sebagai contoh, pemanfaatan aplikasi pembelajaran yang interaktif, diskusi daring yang melibatkan siswa dari berbagai daerah, atau proyek kolaboratif antar sekolah yang dapat dilakukan secara virtual.
Penting juga untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta dalam membangun infrastruktur dan penyediaan teknologi yang merata. Program-program seperti pemberian subsidi perangkat bagi siswa yang tidak mampu dan program pelatihan intensif untuk guru di daerah terpencil bisa menjadi langkah konkret yang mendekatkan Indonesia pada pemerataan pendidikan digital.
Kesimpulan
Pendidikan digital di Indonesia memang tengah berada di persimpangan antara memperluas akses dan memastikan kualitas. Upaya untuk menciptakan pemerataan dalam pendidikan digital harus mempertimbangkan kedua aspek ini secara seimbang. Tanpa memperhatikan kualitas penggunaan teknologi, memperluas akses hanya akan menjadi sia-sia. Begitu pula, tanpa memperluas akses, banyak siswa di daerah terpencil akan terus tertinggal.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas di era digital ini, Indonesia harus berfokus pada pembangunan infrastruktur yang merata sekaligus memastikan bahwa teknologi digunakan secara efektif dan inovatif. Dengan langkah yang tepat, literasi digital tidak hanya akan menjadi alat untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.