Acara yang dilaksanakan di grup whatsapp dan live streaming youtube ini, menghadirkan sosok inspiratif yaitu Firman Islami, mahasiswa matematika Institut Teknologi Bandung. Seminar ini dimulai pukul 20.00 dengan antusias peserta yang luar biasa. Dengan mengusung tema "Dongkrak Keajaiban Pikiran dan Perasaan di masa pandemi. Low Keluhan High Kreativitas." Firman membawakan topik yang hangat dan sangat relevan.
Dengan gaya diskusinya yang santai, Firman menyampaikan poin utama yang akan dibahas dalam seminar online tersebut, yakni tentang Produktifitas, Keluhan, dan kebermanfaatan. "Alasan saya memilih topik ini adalah yang pertama, dampak dari virus covid-19 ini sangat luar biasa seperti dalam bidang edukasi dan ekonomi. Yang kedua, kita tidak pernah tahu kapan episode pandemi ini akan berakhir," ungkap Firman.
Lelaki itu memaparkan bahwa produktifitas adalah perbandingan banyak hal yang diberikan dengan hal yang dihasilkan. Ia juga memberikan detail pengibaratan tentang seseorang yang diberikan waktu yang sama, namun digunakan untuk hal yang berbeda, "Produktif tidak sama dengan sibuk. Produktif itu menghasilkan sesuatu, sedangkan sibuk adalah menghabiskan waktu untuk mengerjakan sesuatu. Inputnya boleh sama tetapi outputnya berbeda," imbuhnya.
Ia berpendapat tentang cara melakukan produktifitas dengan mengklasifikasikan kegiatan, diantaranya: 1) Future Invest, Segala sesuatu yang bisa meningkatkan kualitas kehidupan di masa depan dan bersifat jangka panjang; 2) Present, segala sesuatu yang mau tidak mau harus dikerjakan dengan segera dan bersifat jangka pendek; dan 3) Catalysts, segala sesuatu yang bisa mendukung kegiatan future invest dan present activity karena bersifat memberikan kedamaian.
Ditengah-tengah berjalannya seminar, tiba-tiba terdengar lantunan ayat suci al quran Q.S Maryam ayat 1-3 dari Firman yang membuat suasana semakin syahdu. Ditambah dengan sedikit cerita mengenai kisah Nabi Zakariya yang meminta dikaruniai anak dari Tuhan selama berpuluh-puluh tahun.
Selanjutnya, Firman menyampaikan tentang keluhan. Ia membagi menjadi dua, yaitu keluhan yang bersifat in control dan keluhan yang bersifat all off control. Keluhan in control adalah segala sesuatu yang bisa dirubah dan berjalan sesuai kehendak, contohnya membersihkan kamar yang berantakan. Sedangkan all off control adalah sesuatu yang tidak bisa dirubah diluar kemampuan manusia, contohnya leptop yang mendadak eror ketika menjelang dadline tugas kuliah.
"Minim keluhan bukan berarti zero keluhan. Keluhan itu tidak mutlak haram, keluhan adalah roda dari inovasi. Kalau manusia tidak punya keluhan berarti mereka tidak belajar dan tidak punya tantangan, sehingga tidak berkembang," tutur Firman yang merupakan Owner of Public Speaking Class tersebut.
Dalam hal meluaskan kebermanfaatan, Firman mengajak para peserta untuk selalu berdoa dan menebar benih kebaikan. "Kita harus punya cita-cita untuk bisa menolong orang lain dimasa depan untuk memberikan sebaik-baiknya kebermanfaatan. Walaupun masih kecil, masih gak punya apa-apa, tetapi kita harus punya mimpi yang besar. Karena jika seandainya cita-cita kita besar, keinginan yang besar pula. Apalagi bermanfaat untuk sebaik-baik insan, sebanyak-banyaknya orang. Maka yang membantu kita bukan hanya diri sendiri tetapi juga Tuhan dan orang-orang dimasa depan," tegasnya Firman
Lelaki yang juga merupakan enterpreneurship itu, kemudian juga berkisah mengenai pengalaman hidupnya ketika bertemu dengan penjual pena yang bisa ditulis nama, namun dijual dengan harga murah. Ia mengenang ketika perjumpaannya dengan seorang bapak tersebut dan membantu untuk memasarkan di marketnya. Sampai pada suatu hari, Firman mendapatkan rezeki dan mampu memberikan penghasilan tambahan untuk bapak tersebut.
Nur Aini, selaku ketua panitia seminar pendidikan mengaku sangat kagum dengan animo peserta yang luar biasa. Ia mengatakan bahwa sampai pada hari H seminar dimulai, masih banyak calon peserta yang mendaftar, tetapi terpaksa ditutup karena kuota sudah full sampai 5 grup. "Luar biasa sekali, pemateri juga welcome dan humble kepada teman-teman serta berbagi materi dengan totalitas," tambahnya.
Seminar ini tergolong unik, karena menghadirkan 4 moderator sekaligus, yaitu; a) Dian Fitriyani; b) Nur Sakinah; c) Imroatul Mufida; dan c) Nur Aini. Lebih hebatnya, Superior Youth Idealism ini difounderi oleh Alvhi Syahrin Gunandar, seorang mahasiswa Universitas Darussalam Gontor yang juga merupakan wakil ketua Forsima PAI Indonesia dan sudah banyak berkiprah dalam dunia pendidikan.
"Saya mengucapkan terimakasih, karena saya melihat ketika ternyata yang ikut banyak, saya merasa terharu, terinspirasi,tergerak dan optimis. Semua peserta sangat semangat padahal harus share macem-macem. Serasa melihat indonesia bakal cerah dimasa depan. Karena anak mudanya semangat belajar dan mencari relasi. Kalian adalah bintang di daerah masing-masing," pungkas Firman Islami.
Reportase
Yeni Kartikasari
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia