Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Gejala "Halu" Zaman "Now" (Belajar dari Kasus Investasi Bodong)

25 Maret 2022   19:43 Diperbarui: 15 April 2022   04:40 1411 2
Kalau membaca judul tulisan ini mungkin ada orang yang bingung, ada orang yang jengkel atau ada orang yang tertawa. Sebelumnya saya jelaskan dulu arti kata "halu" yang berasal dari kata halusinasi dan "hubungannya" dengan kasus investasi bodong yang sedang ramai dibicarakan saat ini.

Berikut ini arti kata halusinasi :

Halusinasi adalah persepsi sensori salah yang terjadi tanpa adanya rangsangan yang nyata, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Mudahnya... halusinasi adalah pengalaman dari salah satu atau kelima pancaindera manusia yang salah tanpa adanya obyek nyata dari luar.(https://grhasia.jogjaprov.go.id)

Tapi berhubung saya menulisnya di dalam 2 tanda petik ("), artinya adalah seakan-akan dan bukan nyata.

Saya terpikir judul ini karena saat ini ramai sekali berita tentang investasi bodong dan flexing alias pamer yang dilakukan oleh sekelompok orang, sebut saja oknum.

Biasanya mereka masih muda (mungkin usia 30-40 th -- an) dan bergaya ala ala konglomerat. Pesan lambo, tesla, punya jetpri, pakai baju mewah merk luar negeri, bicara tinggi, dll.

Kalau dicek latarnya mirip-mirip, dulunya susah, sekarang pas pandemi covid, bisnisnya pada meledak. Lalu apakah tujuannya hanya sekedar flexing alias pamer saja ?

Ternyata tidak. Kalau ditelusuri, mereka adalah para marketer dengan segala bentuknya. Dan tujuannya flexing tentu saja adalah : kamu beli produk saya, kalau kamu mau kaya seperti saya di masa pandemi covid ini.

Lalu muncullah para followers-nya yang silau karena ke-"halu"-an ini dan sorry to say, ikutan "halu" juga.

Kenapa saya bilang followersnya juga "halu" ?

Karena mereka mulai invest pada produk yang para oknum ini jual tidak berpikir panjang lebih dulu karena pikiran alias persepsinya sudah "terbelokkan" dengan apa yang mereka lihat di medsos : rumah mahal, mobil mewah, emas berlian (bahkan ada video salah satu dari mereka ini melemparkan cincin berlian seharga Rp500 juta, karena katanya : cuma mainan), baju mewah, liburan mewah dll.

Akhirnya seperti yang kita lihat, banyak yang tertipu sekian milyar, bahkan ada yang masuk RSJ.

Yang paling parah saat ini adalah ada oknum yang berhasil melakukan penipuan sampai 5 trilyun rupiah kepada para pengikutnya.

Banyak banget ? Ya banyak banget orang yang jadi halu atau seperti tersirep oleh para oknum ini.

Bagaimana tidak ? Wajah mereka ramah, senyum mereka hangat, gaya mereka friendly dan easy going, bahkan ada yang berani menunjukkan kehidupannya sangat spiritual, dermawan dalam memberikan berbagai sumbangan, padahal di belakang itu, mereka sebenarnya sedang merancangkan kejahatan yang licik bagi para korbannya.

Wow ...

Baru sadar ya ?

Sebenarnya mereka adalah marketer yang licik dan tricky, yang tujuannya adalah mendekati mangsa, untuk kemudian mengeruk uangnya.

Bahkan saya terpikir, jangan-jangan hadiah yang mereka berikan pun ada udang di balik bakwannya alias tidak tulus. Barangkali itu adalah cara mereka untuk pendekatan ke mangsanya, seperti dikatakan : hadiah adalah mustika di mata yang menerimanya. Karena umumnya orang senang menerima hadiah, apalagi di situasi yang memang pribadi buatnya.

Lalu bagaimana cara agar tidak tertipu oleh oknum seperti ini lagi ?

Ini caranya mengeceknya :

1. To Good To Be True : Segala sesuatu yang kamu lihat di media sosial itu belum tentu sebagus atau seindah itu di dunia nyata. Apalagi kalau tujuannya untuk mencari mangsa, oknum itu akan mem-posting hal-hal yang sama menggiurkan, dengan intensitas yang semakin kuat agar si mangsa masuk perangkapnya.

2. Jarang sekali orang menjadi milyarder dalam kurun waktu hanya 5 tahun di masa pandemi covid ini, kecuali kalau ayah ibunya memang sudah milyuner. Kalau seseorang tadinya melarat lalu mendadak menjadi milyuner, pelajari cara dia memperoleh uang milyaran tersebut, sebab kekayaan yang dari Allah itu selalu butuh proses dan itu selalu berkaitan dengan karakter. Makin rendah hati, rejeki makin datang, bukan sebaliknya. Tidak seperti jatuh dari langit seperti yang para oknum itu tunjukkan.

3. Hati-hati dengan orang yang tidak dikenal yang tiba-tiba sangat ramah bahkan memberikan hadiah kepadamu, tanyakan hatimu, apa yang dia inginkan dari kamu.

4. Selalu mulai dengan angka yang terkecil untuk investasi, tapi bukan diambil dari tabunganmu. Pengen inves ? Temukan sumber penghasilan baru dulu, atau kurangi jatah konsumsi tiap hari barulah berinvestasi. Tapi ingat, ambil nilai terkecil dulu.

5. Dengarkan member lain. Kalau sudah ada yang mengeluh bonusnya tidak keluar, segera tarik semua modal kamu, tidak usah tunggu lama. Kalau bisa, tarik saat itu juga. Datangi kantor pusatnya kalau bisa, supaya uangmu segera keluar.

6. Bisnis yang inves uang tanpa ada pemberian barang atau jasa, itu adalah money game. Tidak usah join.

7. Tidak usah ikuti bisnis yang kamu tidak mengerti seluk beluknya. Bahkan tidak usah pernah menandatangani perjanjian yang kamu tidak baca bahkan tidak tahu apa isinya.

Lalu bagaimana kalau kamu sudah telanjur join ? Tetap jalankan proses hukum dan lanjutkan hidup. Anggap uang yang sudah kamu setor adalah "uang belajar" dan cari uang yang lebih banyak lagi. Percaya, semua yang diambil dari kamu, akan dikembalikan 7 (tujuh) kali lipat, seperti apapun caranya.

Kok saya bisa tahu tentang 7 hal tadi ?

Karena puluhan tahun yang lalu saya pun pernah kena investasi bodong seperti ini, karena ikut "halu" akibat "oknum halu" yang menawarkan dengan uang sekian juta bisa dapat mobil baru.

Tapi saya sudah move on dan memaafkan oknum tersebut. Jadi kalau kami bertemu di kegiatan bersama saya hanya tertawa mengingat "kehaluan" kami di masa lalu.

Semoga kamu yang jadi korban bisa segera move on dan stop "halu" di masa datang. Jadikan ini pelajaran buat kenal lebih banyak tipe orang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun